×
Program Pemicuan Stop Jentik adalah sebuah inovasi yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Surakarta sub bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Linkungan (P2PL) untuk memicu kesadaran warga atau masyarakat yang lingkungannya dinilai endemik terserang Demam Berdarah (DB). Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah kebaruan atau langkah awal program ini yang menjadi kunci utama bagi Dinas Kesehatan Surakarta untuk dilakukannya Pemicuan Stop Jentik di wilayah lainnya. Oleh karena itu demi tercapainya tujuan dari program ini perlu diadakan tentang pengkajian tentang bagaimana proses penyebaran dan penerapannya untuk memudahkan petugas P2PL Dinas Kesehatan ketika hendak mensosialisaikan tentang Program Pemicuan Stop Jentik di wilayah yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana difusi inovasi, adopsi inovasi, dan faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat jalannya difusi inovasi dan adopsi inovasi Program Pemicuan Stop Jentik di RW 14 dan RW 33 Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Gambirsari, Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. Ada 30 informan yang menjadi objek penelitian ini, yang terdiri dari dua orang dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan, dua orang dari Puskesmas Gambirsari yang menangani Program Pemicuan Stop Jentik, satu orang dari Pokja IV Kelurahan Kadipiro, satu orang ketua RW di masing-masing RW 14 dan RW 33, satu orang kader utama dari masing-masing RW 14 dan RW 33, dua kader pendukung di masing-masing RW 14 dan RW 33, dan kemudian sembilan orang masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat dan warga dari RW 14 yang mengikuti program Pemicuan Stop Jentik, dan sembilan orang lainnya adalah tokoh masyarakat dan warga yang mengikuti program Pemicuan Stop Jentik di RW 33. Seluruh informan tersebut kemudian terbagi kedalam innovators, early adopter, early majority, late majority, dan laggards.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa inovasi program Pemicuan Stop Jentik mudah untuk dipahami dan dilakukan. Program ini juga bersifat sangat menguntungkan bagi masyarakat RW 33, sedangkan untuk warga RW 14 masih kurang perhatian dengan program baru tersebut, dan kurang bersemangat
menjalani program baru tersebut. Tahapan dalam pengadopsiannya antara kedua kelompok masyarakat inipun berbeda. Tidak semua tahap dilalui oleh masyarakat RW 14, begitu juga untuk masyarakat RW 33. Pada masyarakat RW 14 yang tidak melakukan semua kesepakatan program, berbeda dengan masyarakat RW 33 yang sebaliknya. Tingginya tingkat pengadopsian warga RW 33, berpengaruh pada tingginya perubahan perilaku yang terjadi di kelompok masyarakat tersebut, begitu juga dengan RW 14 yang mengalami perubahan perilaku lebih sedikit dikarenakan tingkat pengadopsian yang masih tergolong rendah.
Saran untuk para change agents agar lebih giat lagi menyampaikan kepada para masyarakat. Begitu juga saran untuk innovator juga supaya lebih banyak melakukan monitoring dan evaluasi bersama para change agent terkait pelaksanaan program dan keberlanjutannya.
Kata kunci : difusi inovasi, adopsi inovasi, Pemicuan Stop Jentik