Pasar Gede Hardjonagoro, Pasar Buah dan lingkungan sekitarnya di Surakarta, meskipun merupakan peninggalan arsitektur kolonial Belanda, memiliki keunikan karakter. Tidak hanya berkarakter arsitektur Eropa/Belanda saja, melainkan merupakan persenyawaan (sinkretisme) antara karakter bangunan lokal Jawa, unsur tata perkotaan, tata ruang dan penampilan bangunan warisan arsitektur Barat (Eropa/Belanda) dan sedikit unsur karakter arsitektur (ornamental) Cina. Tata letaknya di dalam bekas lingkungan permukiman keturunan Belanda (sebutan lama: Europeesche Wijk) di kota Surakarta yang awalnya adalah kota tradisional sebagai Negara: Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Di dalam kawasan tata letak heritage itu juga terdapat bagian kota yang diperuntukkan warga keturunan Cina (Pecinan). Terkait bingkai global sebagai cara pandang baru dalam strategi pelestarian dan pengembangannya di sini, adalah berupaya mengungkapkan aspek-aspek fungsi bangunan; garis besar karakternya, serta tata letak obyek bahasan dalam lingkungan sekitarnya, yang terkait macam-macam arsitektur (lokal dan non lokal) yang dikandungnya, serta maknanya di masa lalu dikaitkan dengan macam-macam arsitektur terkait budaya asalnya, maupun di masa kini dalam prospek perkembangan jaman. Dengan demikian, akan dapat lebih mudah ditangkap oleh banyak pihak (nasional dan universal), sehingga diharapkan akan lebih banyak cakupan pihak yang memahami, menghargai, kemudian tertarik untuk berpartisipasi dalam pelestarian dan pengembangannya. Selanjutnya digali upaya-upaya agar dapat tercapainya diseminasi stategi baru ini, melalui upaya-upaya berujud kebijakan dan pelaksanaannya melalui bidang pendidikan, penentu kebijakan pembangunan kota serta profesionalisme terkait.

Kata kunci: pelestarian dan pengembangan, bingkai global, bangunan Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta