×
Penelitian sejarah Syair Gulong di Kalimantan Barat ini mempunyai dua tujuan: pertama Untuk mengetahui perkembangan Syair Gulong sebagai kesenian sastra Melayu Kerajaan Tanjungpura tahun 1970-1990, kedua Untuk mengetahui dinamika kesenian Syair Gulong terhadap masyarakat Melayu Kalimantan Barat tahun 1970-1990.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dengan tahap heuristik, yakni pengumpulan data dari sumber-sumber sejarah sezaman yang ditemukan di Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak. Selain itu data-data dokumen diperkaya dengan wawancara lisan pelaku atau sastrawan yang telah hidup zaman tersebut. Tahap selanjutnya kritik sumber, yakni membandingkan dan mengkritik sumber sejarah untuk memperoleh data yang sahih atau valid. Kemudian interpretasi yakni tahap menganalisis data yang diperoleh sehingga memperoleh fakta-fakta yang terjadi dalam suatu peristiwa, dan yang terakhir menuliskan laporan penelitian atau historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syair Gulong merupakan kesenian sastra lisan yang diwariskan secara turun-temurun sejak zaman Kerajaan Tanjungpura hingga era kontemporer. Kesenian ini sempat mengalami kemandekan pada masa kolonial Belanda dan Pendudukan Jepang, kemudian muncul kembali di era 70-an hingga 90-an akhir dan 2000. Dinamika yang terjadi dalam sudut pandang sosial adalah syair gulong terlepas dari batasan-batasan yang sebelumnya adalah kesenian yang hanya berkembang di lingkungan interal kerajaan menjadi kesenian yang hidup di tengah-tengah rakyat. Syair Gulong menjadi medium bagi masyarakat Melayu Kalimantan Barat untuk menyampaikan aspirasi, inspirasi, kritik, selamat datang, hingga hiburan. Pesan-pesan tersebut merupakan kearifan lokal masyarakat.
Dalam sudut pandang seni, Syair Gulong mengalami perubahan dari yang sebelumnya adalah sastra kitab dan dilestarikan melalui tradisi pemindahan buku dari tangan ke tangan, dan dituturkan ceritanya dari mulut ke mulut menjadi kesenian sastra lisan yang setiap tulisan teks atau naskah syairnya harus dibacakan dan dilagukan di depan khalayak publik. Perubahan secara kesusasteraannya terlihat dari tata-bahasa yang semakin mengerucut kepada bahasa Melayu di beberapa Kalimantan Barat, dialek, hingga lagu-lagu semakin menonjolkan nilai-nilai kedaerahaannya bahwa syair gulong adalah kesenian warisan kerajaan Tanjungpura yang masih lestari hingga masa kini.
Kata Kunci : Syair Gulong, Seni Sastra Lisan, Dinamika Sosial, Dinamika Seni