×
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan karakteristik sosial ekonomi
pedagang batik di Kampung Batik Kauman Surakarta tahun 2016. Penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek yang diteliti adalah seluruh pedagang batik di
Kampung Batik Kauman Surakarta. Populasi pedagang batik berjumlah 30 pedagang.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik dan uji beda 2 rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pedagang batik di Kampung Batik
Kauman sebanyak 30 pedagang dengan 6 usaha merupakan usaha kecil dan 24
merupakan usaha mikro. Mayoritas pedagang batik berpendidikan tamatan perguruan
tinggi dengan umur rara-rata 36-50 tahun. Penyerapan tenaga kerja berjumlah 96 orang
dengan mayoritas pendidikan SMP dan SMA dan upah rata-rata Rp. 800.000,00/bulan.
Jumlah modal awal yang dimiliki 30 pedagang batik adalah Rp. 1.595.000.000,00 dengan
16 unit usaha dari modal bank, 10 modal pribadi, dan 4 modal lain-lain. Pendapatan ratarata
pedagang batik sebesar Rp. 17.300.000,00/bulan dimana 13 pedagang menggunakan
media promosi internet. Hasil uji beda 2 rata-rata menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan upah antara tenaga kerja yang berpendidikan SMP dengan tenaga kerja
tamatan SMA, ada perbedaan antara pendapatan pedagang bermodal Rp. 50.000.000,00
atau kurang dengan pedagang yang memiliki modal lebih dari Rp. 50.000.000,00, ada
perbedaan antara pendapatan pedagang yang mendapat modal dari pinjaman bank dengan
modal pribadi, ada perbedaan antara pendapatan pedagang yang menggunakan media
promosi internet dengan yang tidak menggunakan internet, dan tidak ada perbedaan
pendapatan pedagang yang memiliki jam kerja jam kerja 8 jam atau kurang dengan
pedagang yang memiliki jam kerja lebih dari 8 jam. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
2 jenis permasalahan yang dihadapi pedagang batik, yakni permasalahan harga dan non
harga. Permasalahan harga adalah pemberian fee yang telalu besar dari beberapa
pedagang, sedangkan permasalahan non harga adalah akses jalan yang sempit, pengaruh
pengantar terhadap penjualan, informasi yang kurang merata, kerterbatasan promosi,
keterbatasan modal, dan batik tulis klasik yang jumlahnya semakin sedikit.
Berdasarkan permasalahan yang ada, saran yang diberikan yakni (1) Bagi
Pengusaha, meningkatkan kreatifitas, lebih aktif mengakses informasi, mengembangkan
sumber daya yang dimiliki, memberikan upah lebih bagi pembatik tradisional, (2) Bagi
Pemerintah, menciptakan iklim usaha yang kondusif, memberikan informasi yang merata,
pengembangan kemitraan, mempromosikan batik, mempermudah perijinan usaha,
melestarikan batik tradisional klasik, dan (3) Bagi Masyarakat, diharapkan bisa
membiasakan diri untuk mencintai dan menggunakan produk Indonesia.
Kata kunci: Pedagang, Batik, Kauman, Karakteristik