Pemilihan angklung sebaga ikon alat musik Indonesia dalam promosibudaya di dalam perjalanan soft power diplomacy Indonesia merupakankajian yang diteliti dalam penelitian ini. Permasalahan yang diteliti adalahmengapa angklung dijadikan ikon soft power diplomacy Indonesia dalamPeringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika, serta sejauh manasignifikansi angklung bagi soft power diplomacy tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatifeksplanatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan datadengan wawancara mendalam bersama beberapa narasumber yangkredibel dibidangnya. Selanjutnya, studi kepustakaan atau lebih dikenaldengan library research juga dijadikan sebagai salah satu teknikpengumpulan data. Analisis data yang digunakan adalah analisis interaktifMiles dan Huberman. Penelitian ini juga dilandasi oleh teori-teori yangrelevan dan mampu menjadi jalan petunjuk dalam menjalankanpenelitian. Terdiri dari teori multi-track diplomacy, soft power diplomacy,national interest, konsep citra dan diplomasi budaya. Kemudian setelahsemua data terkumpul, maka dilakukan proses validasi data denganmenggunakan motode triangulasi sehingga didapatkan sebuahkonsistensi yang sah.Penelitian ini akan melihat dinamika dibalik terpilihnya angklungsebagai bagian dari diplomasi Indonesia khususnya diplomasi budaya.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa soft power diplomacyIndonesia melalui alat musik angklung memberikan dampak bagiperjalanan diplomasi budaya Indonesia yang akan dinilai dan ditariksampai sejauh mana peranannya bagi diplomasi Indonesia dalammendukung tercapainya kepentingan nasional Indonesia, khususnyasetelah acara peringatan Konferensi Asia-Afrika 2015 lalu.Keyword :Angklung, multi track diplomacy, soft power diplomacy, national interset,nation branding, dan diplomasi budaya