Penelitian ini ingin mendeskripsikan dan menganalisis dinamika komunikasikader KB Kota Surakarta di kalangan akseptor yang jika tidak dikelola dengankomunikasi yang baik bisa memicu terjadinya konflik. Peneliti memfokuskanpada kemampuan berkomunikasi kader KB apabila bertindak sebagai seorangkomunikator. Menurut Relational Dialectics Theory, ketika kader KBmenghadapi akseptor terjadilah komunikasi dialektis dimana masing-masingpihak berupaya mempertahankan pendapatnya, maka terjadilah benturanbenturankekuatan. Kader KB dan akseptor melakukan komunikasi dialogi suntuk mencapai persamaan sehingga hubungan yang terjalin kembaliharmonis. Mengkaji komunikasi dialektis kader KB, peneliti akan menganalisisbagaimana konsep diri kader KB melalui teori interaksionisme simbolik danbagaimana perancang pesan dialektis kader KB yang mengedepankan ekspresiflogic yang memandang komunikasi dilakukan sebagai perasaan dan pemikiransender. Komunikasi dialogis yang dilakukan kader menurut teori kemungkinanelaborasi Petty dan Cacioppo diupayakan dapat menyentuh rute sentral akseptorKB dan kader KB mengedepankan logika retoris, dimana negosiasi situasidilakukan dengan keluwesan dan kesopanan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif pendekatanstudi kasus instrumental, kasus tidak menjadi minat utama, akan tetapimemfasilitasi pemahaman sesuatu yang lain yaitu keterbatasan pencapaianakseptor KB. Wawancara mendalam dengan 11 kader dan 4 akseptor dari duakecamatan yang memiliki capaian akseptor baru tertinggi pada di tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keteladanan dalam penggunaan alatkontrasepsi oleh kader menjadi perhatian calon akseptor selain pemahamantentang alat kontrasepsi. Kontradiksi dengan akseptor akibat keyakinan, trauma,prasangka. Komunikasi dialektis kader KB terjadi berulang dalam beberapatahapan. Benturan-benturan tesis dan antitesis terkadang tidak mendapatkan solusiberupa kesertaan KB. Penyampaian pesan berorientasi target, dengan paksaan dantanpa alat bantu media. Komunikasi dialogis dilakukan dengan menjalinkedekatan antara kader dan calon akseptor melalui kunjungan rumah, menambahwawasan calon akseptor melalui tanya jawab, memberi waktu berpikir calonakseptor, tetapi kader ada yang menghentikan proses. Ketika berdialog, pesandikemas dengan sisipan humor dan berupaya mempertemukan kebutuhan calonakseptor dengan pelayanan.