ABSTRAKDifferent Ability atau yang sering disebut difabel dimaknai sebagai orangberkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan fisik dan mengakibatkan merekatidak dapat melakukan teknis kegiatan sehari-hari secara normal. Keterbatasanfisik atau kecacatan disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari faktor bawaanlahir, kesalahan pengobatan hingga kecelakaan yang menyebabkan kerusakanpada salah satu organ tubuh secara permanen. Tujuan dari penelitian adalah untukmengetahui permasalahan yang dihadapi oleh difabel sehingga penting untukdiberikan program pemberdayaan. Penelitian juga bertujuan untuk mengetahuistrategi pemberdayaan yang diberikan oleh Paguyuban Sehati untukmengembangkan kemandirian bagi kaum difabel khususnya di KabupatenSukoharjo. Teori yang digunakan adalah teori struktural fungsionalisme yangdikemukakan oleh Talcott Parsons. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatanstudi kasus yang mengambil data dengan teknik wawancara, observasi, dandokumentasi. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Untukmenjamin validitas data digunakan trianggulasi sumber dan dengan menggunakananalisis data interaktif.Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa banyak ditemukan permasalahanyang dialami oleh difabel mulai dari permasalahan sosial, ekonomi, psikologi,budaya, pendidikan hingga aksesibilitas. Pemberdayaan difabel adalah salah satuupaya dari Paguyuban Sehati yang selama ini menjadi wadah bagi difabel diwilayah Kabupaten Sukoharjo untuk memberikan nafas segar bagi para difabelagar bisa mengembangkan dirinya dan memiliki kehidupan yang layak tanpa adadiskriminasi. Para difabel sangat perlu untuk meningkatkan kualitas dirinyaterutama menghilangkan citra “ketergantungan” terhadap orang lain. Strategipemberdayaan yang dilakukan oleh Paguyuban Sehati untuk meningkatkankemandirian dalam diri difabel dengan melalui berbagai program-program yaitucharacter building, kewirausahaan, sosialisasi, pendidikan, advokasi, partisipasi,dan  perkoperasian. Pada hasilnya dampak yang diterima oleh difabel diKabupaten Sukoharjo yang menjadi anggota di Paguyuban Sehati telahmengalami peningkatan baik dalam segi psikologi, sosial dan ekonomi. Dalampenelitian ini disimpulkan bahwa difabel yang aktif dalam mengikuti kegiatanPaguyuban Sehati berkembang lebih mandiri dan tidak lagi menggantungkan dirimereka terhadap keluarga maupun orang lain.Kata Kunci : Difabel, Peran Paguyuban Sehati, Kemandirian