Penulis Utama : Petrus Kanisius Ropa
NIM / NIP : S251408009
×

ABSTRAK
Topo atau parang bagi masyarakat suku Ngada adalah bagian keseharian yang tidak dapat terpisahkan. Kemanapun mereka pergi, laki-laki maupun perempuan, sebuah parang menjadi bagian penting yang selalu harus dibawa, sebagaimana telepon selular bagi masyarakat perkotaan. Terutama ini masih berlaku bagi mereka yang tinggal di perkampungan atau pedesaan untuk perlengkapan mereka berangkat ke sawah atau ladang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi sosial dan bentuk-bentuk konstruksi maskulinitas pria suku Ngada, dekonstruksi sosial atas topo atau parang bagi maskulinitas pria di Desa Ratogesa dan dimensi internal dan eksternal dalam dekonstruksi sosial atas topo. Teori yang digunakan dalam menganalisa topik ini adalah teori dekonstruksi sosial  menurut Jacques Derrida dengan pendekatan pluralitas makna terkait  makna topo yang kemudian di dekonstruksi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu pandai besi, pria pengguna topo, tokoh adat, dan isteri pandai besi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara langsung dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data digunakan triangulasi sumber yaitu isteri pandai besi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif.  Penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi sosial masyarakat suku Ngada khususnya di Desa Ratogesa atas topo atau parang adalah alat atau bagian dari rumah tangga untuk melakukan kegiatan seperti berkebun, bertani dan menyembelih hewan kurban di saat ada ritual adat. Bentuk-bentuk maskulinitas pria suku Ngada meliputi Rasionalitas maskulin, Maskulinitas fisik, dan Maskulinitas kinerja. Keadaan sosial masyarakat suku Ngada khususnya di Desa Ratogesa atas topo atau parang mulai kehilangan peran aslinya. Topo atau parang kemudian didekonstruksi menjadi dogma kelelakian atau ciri maskulinitas bagi pria suku Ngada khususnya di Desa Ratogesa. Topo atau parang dilihat sebagai bentuk kejantanan, keperkasaan dan keberanian, kewibawaan, serta alat pelindung. Dimensi internal dan dimensi eksternal yang menyebabkan terjadinya dekonstruksi sosial atas topo atau parang pada pria di Desa Ratogesa Kabupaten Ngada adalah sebagai berikut, dimensi internal meliputi jenis pekerjaan, kelas sosial masyarakat, kompetisi atau persaingan, dan tingkat kebutuhan. Sedangkan pada dimensi eksternal adalah budaya patrriarkhi, teknologi, dan pengaruh budaya masyarakat lain.
 
Kata Kunci : Konstruksi Sosial, Dekonstruksi Sosial, Topo, Maskulinitas

×
Penulis Utama : Petrus Kanisius Ropa
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S251408009
Tahun : 2016
Judul : Dekonstruksi Sosial Atas Topo (Parang) Bagi Maskulinitas Pria Suku Ngada Di Desa Ratogesa Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Flores Nusa Tenggara Timur
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2016
Program Studi : S-2 Sosiologi
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prodi. Sosiologi-S251408009-2016
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dr. Argyo Demartoto, M.Si
2. Dr. Mahendra Wijaya, M.S
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.