Latar Belakang: Pada negara berkembang, sebanyak 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia gravidarum. Anemia gravidarum memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun nifas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas kelas ibu hamil dalam mencegah anemia gravidarum di Kabupaten Banyuwangi.

Subjek dan Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kohor retrospektif. Lokasi penelitian di Puskesmas Benculuk Kabupaten Banyuwangi. Subjek penelitian dipilih dengan teknik fixed exposure sampling sebanyak 100 subjek yang terdiri dari 50 ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil dan 50 ibu hamil yang tidak mengikuti kelas ibu hamil. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan spektrofotometer, analisis yang digunakan regresi logistik ganda.

Hasil: Keikutsertaan di dalam kelas ibu hamil (OR= 0.18; CI 95% 0.03 sd 1.21; p= 0.078), pendidikan tinggi (OR=0.07; CI 95% 0.01 sd 0.92; p=0.043), dan pendapatan keluarga tinggi (≥ Rp 1,599,000) (OR=0.18; CI 95% 0.31 sd 1.03; p=0.054) dapat menurunkan  risiko ibu hamil untuk mengalami anemia gravidarum. Ibu hamil yang percaya pada mitos tentang pantangan makanan (OR=4.47; CI 95% 0.73 sd 27.51; p= 0.106) dapat meningkatkan risiko untuk mengalami anemia gravidarum. Tidak terdapat pengaruh pemeriksaan ke dokter spesialis obstetri ginekologi terhadap risiko ibu hamil untuk mengalami anemia gravidarum (OR=0.93; CI 95% 0.09 sd 9.17; p=0.952).

Kesimpulan: Keikutsertaan kelas ibu hamil, pendidikan ibu tinggi, pendapatan keluarga tinggi dapat menurunkan risiko ibu hamil untuk mengalami anemia gravidarum. Adanya mitos ibu hamil tentang pantangan makanan dapat meningkatkan risiko untuk mengalami anemia gravidarum. Tidak terdapat pengaruh pemeriksaan ke dokter spesialis obstetri ginekologi terhadap risiko ibu hamil untuk mengalami anemia gravidarum

 Kata Kunci: kelas ibu hamil, anemia gravidarum