Penulis Utama | : | Raisa Wibowo |
NIM / NIP | : | G0015196 |
Perawakan pendek adalah gangguan pertumbuhan yang dialami oleh anak-anak akibat dari gizi buruk dan kondisi psikososial yang tidak memadai. Seseorang dikatakan berperawakan pendek apabila PB/U anak tersebut memiliki z- score di bawah -2 SD. 2 tahun pertama kehidupan anak merupakan suatu jendela kritis karena akan sangat sulit mengembalikan kondisi perawakan pendek anak agar kembali normal. Dengan mengidentifikasi faktor risiko yang berpengaruh terhadap perawakan pendek, upaya pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan umur anak yang berperawakan pendek.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain studi cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di posyandu/puskesmas yang terletak pada 5 kecamatan (Pasar Kliwon, Jebres, Banjarsari, Laweyan, dan Serengan) yang ada di Kota Surakarta dimulai dari tanggal 30 September hingga 14 Oktober 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 23 dengan uji chi-square atau uji modifikasi fisher dan regresi logistik berganda.
Hasil Penelitian: Total subjek adalah 140 orang dengan 128 orang yang memenuhi kriteria inklusi, yang terdiri dari 83 bayi usia 0 – 12 bulan dan 45 anak usia 13 – 24 bulan. Didapatkan 8 anak perawakan pendek pada usia 0 – 12 bulan dan 15 anak pada usia 13 – 24 bulan. Pada bayi usia 0 – 12 bulan, pendapatan keluarga yang tinggi lebih cenderung 10,780 kali menyebabkan perawakan pendek dibandingkan pendapatan keluarga yang rendah, serta pemberian ASI non-eksklusif akan 10,185 kali lebih cenderung menyebabkan perawakan pendek dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif. Anak usia 13 – 24 bulan dengan berat badan lahir yang rendah memiliki kecenderungan 14,031 kali lebih mungkin berperawakan pendek dibandingkan anak dengan berat badan lahir normal, sedangkan pendidikan orang tua didapatkan tidak signifikan setelah dilakukan uji regresi logistik berganda (p=0,081).
Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan faktor risiko antara kedua kelompok umur yang diteliti. Pendapatan keluarga yang tinggi dan status pemberian ASI yaitu ASI non-eksklusif merupakan faktor risiko perawakan pendek pada bayi usia 0 – 12 bulan. Berat badan lahir rendah, pendidikan orang tua rendah, dan tinggi badan ibu yang pendek merupakan faktor risiko perawakan pendek pada anak usia 13 – 24 bulan.
Penulis Utama | : | Raisa Wibowo |
Penulis Tambahan | : | - |
NIM / NIP | : | G0015196 |
Tahun | : | 2018 |
Judul | : | Perbedaan Faktor Risiko Perawakan Pendek pada Anak Usia 0 – 12 Bulan dengan 13 – 24 Bulan di Kota Surakarta |
Edisi | : | |
Imprint | : | Surakarta - F. Kedokteran - 2018 |
Program Studi | : | S-1 Pendidikan Dokter |
Kolasi | : | |
Sumber | : | UNS-F. Kedokteran Jur. Kedokteran-G0015196-2018 |
Kata Kunci | : | - |
Jenis Dokumen | : | Skripsi |
ISSN | : | |
ISBN | : | |
Link DOI / Jurnal | : | - |
Status | : | Public |
Pembimbing | : |
1. Hari Wahyu Nugroho, dr., Sp.A(K), M. Kes 2. Diah Lintang K, dr., Sp.A, M.Kes |
Penguji | : | |
Catatan Umum | : | Lamp unpublish |
Fakultas | : | Fak. Kedokteran |
File | : | Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download. |
---|