Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh dan mendalam tentang pola dan modernisasi usatahani padi sawah di Desa Jenggrik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara dan observasi. Data kemudian di analisis dengan model Miles dan Huberman yang meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memeriksa keabsahan data maka dilakukan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, terdapat dua jenis pola pengelolaan usaha tani padi sawah di Desa Jenggrik yaitu pola pengelolaan mandiri dan bagi hasil. Pada sistem bagi hasil pengelolaan lahan akan dipercayakan kepada penggarap. Pola pengelolaan bagi hasil yang paling diminati adalah sistem bagi hasil neloni atau sepertiga karena mampu memberikan keleluasaan kepada penggarap dalam mengambil keputusan. Kedua, terdapat kesenjangan produksi usaha tani yang cukup tajam antar musim tanamnya. Musim tanam dengan produktivitas tertinggi terjadi pada musim kemarau. Kesenjangan produksi antara musim kemarau dengan musim lainya mencapai dua ton per hektarnya. Ketiga, cara berusaha tani masih mengacu pada pengalaman-pengalaman di masa lalu. Petani akan tetap bertahan pada teknik tersebut jika belum ada informasi mengenai teknik baru yang terbukti berhasil dan mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha tani.

Hasil penelitian yang berkaitan dengan modernisasi adalah terjadi perubahan atau transformasi dari usaha tani tradisional menuju usaha tani modern/komersial pada lima dekade terakhir. Perubahan terjadi pada pola budidaya padi, pemanfaatan pupuk kimia, penggunaan teknologi (pengolahan lahan, pengairan, pemanenan), serta pola distribusi padi pasca panen. Pada awalnya petani melakukan produksi padi hanya untuk konsumsi pangan keluarga, namun berkembangnya kebutuhan ekonomi mendorong para petani untuk melakukan komersialisasi usaha tani. Implikasinya adalah para petani mulai berfikir bagaimana memaksimalkan lahan yang mereka miliki untuk menghasilkan profit semaksimal mungkin.