Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Pada tahun 2015  terdapat 10,4 juta kasus tuberkulosis di seluruh dunia. Salah satu penyulit pengendalian TB adalah perkembangan Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB). Di Indonesia tahun 2015 terdapat 15.380 kasus terduga TB, 1860 kasusterkonfirmasi TB dan 1566 kasus TB yang diobati. Penelitian ini bertujuan menentukan prediktor risiko terjadinya MDR-TB yang akan digunakan untuk merumuskan Indeks Kejadian MDR-TB.
Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan kasus kontrol. Lokasi penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Jawa Tengah. Pengambilan data dilaksanakan bulan Agustus-November
2017. Sampel kasus sebesar 75 subjek dan kontrol sebesar 75 subjek, dipilih dengan Teknik fixed disease sampling. Variabel independen adalah diabetes millitus, efek samping obat (ESO), pengawas menelan obat (PMO), jarak pelayanan kesehatan, riwayat pengobatan sebelumnya, perilaku kesehatan, riwayat kontak,  umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Variabel dependen adalah MDR-TB. Data MDR-TB diperoleh dari rekam medis. Data variabel lainnya diperoleh dengan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis regresi logistik ganda.
Hasil: Risiko MDR-TB meningkat jika tidak terdapat PMO (b = 2.33; CI95%= 3.83 hingga 27.91; p<0 xss=removed xss=removed>29.38; p<0 xss=removed xss=removed p=0.102), xss=removed xss=removed p=0.143). xss=removed xss=removed p=0.033), xss=removed xss=removed p=0.026), xss=removed xss=removed p=0.001), xss=removed xss=removed p=0.618).>Kesimpulan: Risiko MDR-TB meningkat jika tidak terdapat PMO, gagal pengobatan/drop out, tidak BCG, merokok. Risiko MDR-TB menurun jika tidak DM, jika tidak ada efek samping obat, tidak lupaminum obat, Umur ≥ 45 tahun.

Kata kunci: Indeks MDR-TB, Multi Drug ResistantTuberculosis