Abstrak

Ketahanan pangan menjadi agenda prioritas bagi Pemerintah dalam sektor pertanian. Ketahanan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Kedelai menjadi salah satu komoditas yang menjadi target swasembada.   Jawa Tengah merupakan Propinsi yang menjadi produsen kedelai terbesar ke-2. Saat ini produksi kedelai Jawa Tengah hanya dapat memenuhi 35% dari permintaan, sedangkan sisanya harus diimpor. Sumber pertumbuhan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah peningkatan luas panen dan meningkatkan produktivitas. Salah satu parameter untuk mengukur kesejahteraan petani adalah nilai tingkat pendapatan per kapita petani. Return on Investment (ROI) menjadi salah satu parameter untuk mengukur kelayakan usaha tani. Untuk meningkatkan kesejahteraan  petani  diperlukan  kebijakan  yang  mengarah  pada  penurunan  biaya aktivitas pertanian serta peningkatan nilai hasil. Tujuan dari penelitian ini adalah terwujudnya swasembada kedelai, peningkatan nilai kelayakan usaha tani, serta peningkatan  kesejahteraan  petani.  Metode  pendekatan  mengacu  pada  model Supply Chain  Management  yang  diawali  dengan  identifikasi  hubungan  antar  entitas  yang terlibat dalam bentuk causal loop diagram. Model digambarkan sesuai dengan perilaku sistem nyata dengan melibatkan tiga sub sistem yaitu pasokan, permintaan dan distribusi. Terdapat enam entitas yang terlibat yang merepresentasikan konsumen, petani dan pemerintah. Simulasi model dijalankan dengan software Powersim10. Uji coba model menggunakan data historis 10 tahun dan digunakan untuk mensimulasikan perencanaan untuk 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simulasi sistem dinamis dapat menggambarkan skenario kebijakan rantai pasok yang dapat mewujudkan swasembada kedelai, mengukur kelayakan usaha tani, serta mengukur tingkat kesejahteraan petani. Model ini dapat  digunakan oleh pemangku kebijakan dalam merumuskan kebijakan sebelum panen dan pasca panen.

Kata Kunci : Model simulasi, sistem dinamis, supply chain, swasembada, Return on
Investment, pendapatan per kapita petani