Kasus kekerasan pelajar di dalam maupun luar sekolah mengindikasikan kegagalan output pendidikan yang tidak memiliki sense of humanity. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan pemberadaban dalam pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, pembentukan karakter melalui pemberadaban pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, bentuk-bentuk kearifan lokal yang dapat membentuk karakter siswa, serta untuk mengetahui dimensi pendukung dan penghambat pemberadaban pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SMA Batik 2 Surakarta. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini dilaksanakan di SMA Batik 2 Surakarta dengan informan yang dipilih dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Validitas data dengan triangulasi sumber dan metode, kemudian dianalisis dengan model interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberadaban (civilizing) pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang terbagi dalam tiga bentuk yaitu pembelajaran kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler dan habituasi. Gagasan fundamental kearifan lokal yang berkenaan dengan hakikat dunia, pengetahuan dan nilai sosial berperan dalam membentuk karakter siswa. Bentuk kearifan lokal sebagai sarana pendidikan karakter siswa terbagi dalam dua bentuk yaitu kearifan lokal tangible dan intangible. Dimensi pendukung lokal meliputi adanya kebijakan muatan lokal dalam struktur kurikulum sekolah, infrastruktur dan sarana prasarana sekolah yang memadai, manajemen sekolah dan yayasan yang mendukung dan ketersediaan sumber daya guru yang sesuai kualifikasi. Dimensi penghambat internal meliputi kurangnya pemahaman dan kesadaran stakeholders sekolah dalam memahami dan mengimplementasikan nilai kearifan lokal serta kurangnya sinergitas antar mata pelajaran muatan lokal dalam penyusunan dan pengembangan bahan ajar. Dimensi penghambat eskternal meliputi belum adanya regulasi pemerintah yang mengatur mengenai integrasi muatan nilai kearifan lokal dalam setiap mata pelajaran, belum optimalnya peran dan kerjasama lingkungan sosial serta rendahnya komitmen orang tua dalam mendukung pemberadaban pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Sehingga dibutuhkan kesadaran, komitmen kuat dan sinergitas segenap stakeholders terkait untuk menerapkan nilai, sikap dan perilaku berkearifan lokal bagi terwujudnya insan beradab.