Abstrak

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dari sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian adalah sub sektor kehutanan. Sub sektor kehutanan memanfaatkan hasil hutan untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah sehingga dapat dimanfaatkan oleh indsutri. Salah satu industri yang memiliki prospek tinggi karena didukungnya oleh luasnya hutan yang dimiliki Indonesia adalah industri pengolahan kayu. Salah satu kayu andalan Indonesia adalah kayu sengon. Kayu sengon adalah tanaman fast growing dengan masa panen yang pendek, teknik budidaya yang relatif mudah, tidak dimakan oleh rayap dan ringan.
PT.  Archindo  Wood  merupakan  salah  satu  perusahaan  yang  bergerak dibidang agroindustri yang memproduksi barecore. Produk barecore merupakan produk yang dihasilkan dari potongan kayu sengon yang disusun menjadi bentuk papan yang merupakan produk setengah jadi untuk furniture. PT. Archindo Wood berdiri sejak tahun 2011. Kuantitas pembelian dan persediaan bahan baku kayu sengon di PT. Archindo Wood cenderung tidak tetap. Hal ini harus diperhatikan PT. Archindo Wood agar diperoleh efisiensi biaya dalam pembelian dan penyimpanan bahan baku kayu sengon. PT. Archindo Wood haru selalu menjaga kuantitas persediaan karena perusahaan harus memiliki bahan baku sewaktu-waktu untuk proses produksi.
Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  menganalisis:  Jumlah  pembelian
optimal; total biaya persediaan optimal; jumlah persediaan pengaman (safety stock); titik pemesanan kembali (reorder point) bahan baku kayu sengon di PT. Archindo Wood periode produksi 2015-2017; menganalisis sistem pengendalian bahan baku yang efisien di PT. Archindo sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk tahun- tahun mendatang. Metode penelitian yang digunakan adalah dekriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara sengaja. Metode analisis data yang digunakan adalah   metode   EOQ;   total   biaya   persediaan;   safety   stock;   reorder   point. Penggunaan metode EOQ dapat menentukan kuantitas dan frekuensi pemesanan bahan baku kayu sengon yang optimal sehingga biaya persediaan bahan baku dapat lebih efisien.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut metode EOQ pengendalian bahan  baku  kayu  sengon  di  PT.  Archindo  Wood  periode  produksi  2015-2017 adalah: jumlah pembelian optimal bahan baku kayu sengon secara berurutan adalah
16.346 m3, 23.622 m3, 13.437 m3. Frekuensi pembelian optimal bahan baku kayu
sengon pada tahun 2015-2017 yaitu 9 kali, 10 kali, 11 kali. Total biaya persediaan optimal  bahan  baku  kayu  sengon  secara  berurutan  adalah  Rp  36.239.657;  Rp
50.409.700; Rp 39.668.113. Safety stock bahan baku kayu sengon secara berurutan adalah 2.459 m3; 1.588 m3; 3.108 m3. Reorder point bahan baku kayu sengon secara berurutan adalah 3.745 m3; 3.799 m3; 4.445 m3.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah perhitungan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode yang optimal dan efisien yang dapat diterapkan oleh PT. Archindo Wood. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran kepada PT. Archindo Wood untuk: (1) memanajemen persediaan bahan baku menggunakan perhitungan yang lebih efisien yaitu melihat dari jumlah kuantitas pembelian yang optimal sehingga pengeluaran biaya dapat minimal agar tidak adanya bahan baku yang menganggur dan terhindar dari pemborosan biaya: (2) menentukan jumlah persediaan pengaman (safety stock) dan pemesanan kembali (reorder point) sebaiknya dengan kuantitas yang cukup agar keberlangsungan  dari  proses  produksi  barecore  dapat  terjaga  dengan  melihat kondisi ketersediaan bahan baku, sehingga dapat menghindari resiko kehabisan bahan baku kayu sengon dan juga kelebihan jumlah bahan baku kayu sengon yang dapat meminimalkan biaya persediaan yang dikeluarkan oleh PT. Archindo Wood.