×
Indonesia memiliki potensi besar untuk energi terbarukan yang setara dengan 441,7 GW. Saat ini, penggunaannya masih sangat buruk, hanya sebesar 8.89 GW. Biomassa adalah salah satu sumber energi terbarukan di Indonesia dan memiliki potensi 30.000 MW yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat. Kulit pisang adalah biomassa yang keberadaannya belum dimanfaatkan dengan baik. Biomassa tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar padat menggunakan teknologi Hydrothermal Carbonization. Teknologi ini dapat meningkatkan kualitas bahan bakar dengan cara karbonisasi pada suhu dan tekanan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai limbah biomassa kulit pisang menjadi bahan bakar padat berkualitas tinggi.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Variabel yang diambil dalam penelitian ini adalah variasi temperatur dan waktu tunggu, nilai kalor, kadar air, kadar abu, bahan volatil dan karbon tetap. Suhu yang digunakan adalah 160oC dan 220oC, dan waktu tunggu yang digunakan adalah 30 menit dan 60 menit. Pengumpulan data pada nilai kalor dengan menggunakan bomb kalorimeter dan perhitungan kadar air berdasarkan ASTM D-3173, perhitungan kadar volatil berdasarkan ASTM E-897-88, dan kadar abu berdasarkan ASTM E-830-87.
Hasil penelitian menunjukkan variasi suhu pada Hydrothermal menyebabkan peningkatan nilai kalori dan karbon tetap secara signifikan, pada kadar air, kandungan volatil, dan kadar abu menurun secara signifikan. Waktu tunggu yang digunakan juga mempengaruhi komposisi bahan bakar padat tetapi tidak terlalu signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji kalor optimal dengan suhu 220oC, waktu tunggu 60 menit adalah 4272,5927 kal / gr. Nilai kalori terendah adalah pada material awal yang belum diberi perlakuan Hydrothermal yaitu 2.956,5407 kal / gr. Hasil dari kadar air menurun sebesar 2,63%, kadar volatil mencapai 56,8651%, dan kadar abu mencapai 3,2679%. Untuk kandungan karbon yang melekat dengan perlakuan Hydrothermal meningkat menjadi 37.237%. Dari penelitian ini telah diteliti, nilai kadar air, kadar volatil, kadar abu, dan kadar fix carbon menunjukkan hasil yang memenuhi standar ASTM, sehingga dapat dinyatakan layak untuk menjadi bahan bakar padat yang setara dengan batubara sub bituminus.