Abstrak

Munculnya fenomena kekerasan pada anak tunagrahita yang mencapai 50% disebabkan oleh orangtua khususnya ibu mengalami stress karena tidak bisa mengendalikan emosi negatif, hal ini berdampak pada pengasuhan anak yang berujung kekerasan. Salah satu anak tunagrahita adalah anak dengan down syndrom. Stress yang dirasakan oleh ibu dapat diminimalisir dengan meningkatkan regulasi emosi. Regulasi emosi pada ibu dengan anak down syndrom dapat ditingkatkan melalui diri sendiri dan lingkungan keluarga. Dari diri sendiri salah satunya adalah self compassion, sedangkan dari lingkungan keluarga salah satunya adalah dukungan suami.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan antara self compassion dan dukungan suami terhadap regulasi emosi ibu dengan anak down syndrom, (2) mengetahui hubungan antara self compassion dengan regulasi emosi ibu dengan anak down syndrom, (3) mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan regulasi emosi ibu dengan anak down syndrom. Penelitian ini menggunakan metode studi populasi karena menggunakan keseluruhan subjek sebanyak 40 subjek. Instrumen yang digunakan adalah skala regulasi emosi (r=0,940), skala self compassion (r=0,946), dan skala dukungan suami (r=0,970). Hasil uji hipotesis, menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0.05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self compassion dan dukungan suami terhadap regulasi emosi. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa ada hubungan yag signifikan antara self compassion dengan regulasi emosi yaitu 0.000 (p<0.05), selanjutnya antara dukungan suami dengan regulasi emosi terdapat hubungan yang signifikan yaitu 0,012 (p<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara self compassion dan dukungan suami terhadap regulasi emosi ibu dengan anak down syndrom.

Kata Kunci : Regulasi Emosi, Self Compassion, dukungan suami, anak down syndrom