×
ABSTRAK
Kondisi peternak sapi perah seharusnya lebih baik dari sebelum diterbitkannya kebijakan pemerintah tentang tataniaga susu segar dalam negeri. Akan tetapi realitas di lapangan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut belum mampu menjangkau semua stakeholder dalam industri persusuan. Kebijakan lebih berpihak pada elite pelaku usaha ternak sapi. Indikasinya nampak pada peternak yang tidak memiliki pilihan selain mengikuti kebijakan yang berorientasi kepentingan makro. Dapat dikatakan peternak tidak memiliki kebebasan usaha. Kondisi ini belum berubah sejak tahun 1998 hingga saat ini. Kondisi di lokasi penelitian nampak bahwa aset yang dimiliki (komoditi) peternak minim. Tidak memenuhi standart kelayakan usaha. Peternak tidak dapat menjual sendiri hasil produksinya, karena peternak harus menjual melalui “loper”. “Loper” adalah salah satu pelaku dalam matarantai jaringan pasar susu yang paling dekat dengan peternak. “Loper” dapat memaksa peternak menjual susu hanya padanya. Peternak tidak dapat menjual ke lain tempat, karena “loper” bagai patron (pelindung). Peran “loper” menempatkan peternak sulit mencukupi biaya pengelolaan usahanya. Menurut istilah Amartya Sen, dimungkinkan peternak belum mampu memfungsikan komoditas dengan maksimal. Peluang dalam menjual susu dibatasi. Peternak mengalami keterampasan kemampuan dalam penjualan susu yang harus dan hanya dijual kepada “loper”. Peternak tidak memiliki kebebasan memilih kesempatan menjual selain ke “loper”. Peternak menjadi sulit mencukupi biaya pengelolaan, menunjukkan bahwa kemampuan mengkondisikan diri peternak dipertanyakan. Oleh karena kemampuan mengkondisikan diri adalah salah satu unsur pencapaian prestasi diri peternak, maka keberdayaan peternak perlu dipertanyakan. Pencapaian prestasi diri ini yang dalam penelitian dianalogkan sebagai keberdayaan peternak. Oleh sebab itu tujuan penelitian adalah sebagai berikut. Penelitian ini bertujuan: (1) Mengukur derajat kategori tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak, tingkat keterampasan kemampuan peternak, tingkat kapabilitas peternak, tingkat kebebasan memilih kesempatan oleh peternak dan tingkat keberdayaan peternak sapi perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. (2) Menganalisis pengaruh langsung antara tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak sapi perah. (3) Menganalisis besarnya pengaruh tak langsung tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak sapi perah melalui tingkat kapabilitas peternak dan tingkat kebebasan memilih kesempatan oleh peternak, di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. (4) Menganalisis ix pengaruh langsung antara tingkat keterampasan kemampuan peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak sapi perah. (5) Menganalisis besarnya pengaruh tak langsung tingkat keterampasan kemampuan peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak sapi perah melalui tingkat kapabilitas peternak dan tingkat kebebasan memilih kesempatan oleh peternak, di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. (6) Menemukan model keberdayaan peternak sapi perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kapabilitas, yaitu yang menitik beratkan pada peluang-peluangdan capaian kondisi/keberadaan seseorang dalam hidupnya yang dipilihnya dengan bebas. Adapun unsur-unsurnya adalah kebergunaan komoditas, keterampasan kemampuan, kapabilitas, kebebasan memilih dan keberdayaan (pencapaian prestasi diri). Unsur-unsur ini merupakan unsur dalam konstruksi teori kapabilitas baik dari Sen, Roybens dan Clark. Penelitian ini dilakukan bulan Juni sampai dengan Agustus 2016 di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian eksplanasi dengan metode survei menggunakan Multi Stage Random Sampling. 3 desa dari 13 desa yang terpilih menjadi sampel adalah desa Sumogawe, Palaboga dan Ngrawan, dengan 375 responden yang dipilih dari populasi berjumlah 5.922 peternak sapi perah. Data primer diperoleh dari responden dengan kuesioner. Untuk menjawab tujuan penelitian pertama digunakan analisis tabel univariat, sedangkan untuk menjawab tujuan ke dua, ke tiga, ke empat dan ke lima digunakan analisis jalur. Tujuan ke enam dijawab dengan memodifikasi temuan-temuan sesuai dengan hasil analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terkategori sedang, karena peternak hanya dapat menggunakan aset yang dimiliki untuk mendukung usaha. Tingkat keterampasan kemampuan peternak terkategori tinggi, karena terampasnya kemampuan peternak secara psikologi, teknologi, politik, sosial, dan struktural. Tingkat kapabilitas peternak terkategori rendah, karena rendahnya derajat kemungkinan peternak menggunakan modal (psikologi, manusia, sosial, fisik, budaya) untuk membuat peluang. Tingkat kebebasan memilih kesempatan oleh peternak terkategori rendah, karena rendahnya kebebasan memilih dari aspek proses maupun aspek kesempatan. Tingkat keberdayaan peternak terkategori rendah, karena rendahnya penguasaan sumber daya maupun penguasaan kemampuan sebagai ciri pribadi. (2) Ada pengaruh langsung antara tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak. (3) Ada pengaruh tak langsung antara tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak yang disebabkan oleh direct effect, indirect effect, correlated effect dan spurious effect. Tingkat kapabilitas peternak dan tingkat kebebasan memilih kesempatan oleh peternak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak. Setelah dilakukan trimming, tingkat kapabilitas peternak memiliki pengaruh yang kuat terhadap hubungan antara tingkat kebergunaan komoditas oleh peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak. (4) Ada pengaruh langsung antara tingkat keterampasan kemampuan peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak. (5) Ada pengaruh tak langsung antara tingkat keterampasan kemampuan peternak x terhadap tingkat keberdayaan peternak, yang disebabkan oleh direct effect, indirect effect, correlated effect dan spurious effect. tingkat kapabilitas peternak dan tingkat kebebasan memilih kesempatan oleh peternak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara tingkat keterampasan kemampuan peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak. Setelah dilakukan trimming, tingkat kapabilitas peternak memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap hubungan antara tingkat keterampasan kemampuan peternak terhadap tingkat keberdayaan peternak. (6) Dalam rancangan model keberdayaan peternak dengan pendekatan kapabilitas yang diaplikasikan, adalah sebagai berikut; untuk mencapai keberdayaan peternak harus memiliki input berupa komoditas yang dapat difungsikan dan sedikit keterampasan kemampuan. Keduanya diproses untuk mendapatkan kapabilitas yaitu kemampuan membuat peluang/kesempatan. Peluang-peluang tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memilih dengan bebas kesempatan yang bermakna bagi hidupnya. Jika kebebasan itu dapat dimiliki maka sebagai output, pencapaian prestasi diri atau keberdayaan dapat diperoleh.