×
ABSTRAK
Indonesia memiliki lahan perkebunan sawit seluas 12,3 juta ha. Setiap pengolahan kelapa sawit menghasilkan 22 - 23 % limbah berupa Tandan Kosong Sawit (TKS) dari Tandan Buah Segar (TBS) yang penggunaannya belum maksimal. Tandan kosong sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk pewarna kain karena menghasilkan pigmen berwarna coklat yang disebut tanin. pemanfaatan Tandan Kosong Sawit bertujuan untuk menggali sumber daya alam limbah perkebunan yang belum termanfaatkan dan mencoba bahan baku baru untuk pewarna alami sekaligus pengurangan penggunaan pewarna sintetis yang berbahaya bagi kesehatan. Tanin dari TKS diambil dengan menggunakan metode ekstraksi secara batch dalam skala laboratorium menggunakan rangkaian alat labu leher tiga. Percobaan skala laboratorium menggunakan variasi pH ekstraksi yaitu 3, 5, 7, dan 9 dengan rasio berat bahan dengan pelarut 1:10, kecepatan pengadukan 200 rpm, waktu ekstraksi 120 menit. Setelah proses ekstraksi, zat warna tersebut diaplikasikan pada kain dengan jumlah pencelupan 10 kali dan dilakukan penguncian warna pada kain dengan mordant berupa tawas dengan variasi konsentasi mordant yaitu 50 gram/L, 100 gram/L, dan 150 gram/L. Kain primis yang telah difiksasi kemudian diuji tahan luntur warnanya terhadap cucian dan gosokan. Hasil kadar tanin yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium FTP UGM pada variasi pH ekstraksi 3 didapatkan kadar tanin sebesar 0,049 % WB, variasi pH ekstraksi 5 didapatkan kadar tanin sebesar 0,041 % WB, variasi pH ekstraksi 7 didapatkan kadar tanin sebesar 0,048 % WB dan pada variasi pH ekstraksi 9 didapatkan kadar tanin 0,089 % WB. Variasi pH tidak berpengaruh pada ketuaan warna pada kain, namun berpengaruh pada hasil analisa terhadap ketahanan luntur pencucian sabun dan terhadap gosokan basah maupun kering. Berdasarkan hasil pengujian ketahanan luntur terhadap pencucian sabun dan gosokan basah maupun kering, diperoleh hasil terbaik yaitu pada variasi pH ekstraksi 7. Variasi konsentrasi mordant mempengaruhi warna atau ketuaan pada kain, dan tidak berpengaruh pada ketahanan luntur terhadap pencucian sabun dan gosokan basah maupun kering. Berdasarkan hasil pengujian ketuaan warna, diperoleh hasil terbaik yaitu pada variasi konsentasi mordant 50 gram/L.