×
Puyuh (Coturnix coturnix japonica) potensial sebagai komoditas penghasil telur dan daging serta sebagai hewan eksperimen. Di Surakarta, puyuh petelur komersial diperoleh dari persilangan puyuh cokelat jantan dan puyuh hitam betina. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik fenotip, mengelompokkan (clustering) hasil keragaman fenotipik dari masing-masing galur puyuh dan melihat pola sebaran sifat produksinya. 400 ekor puyuh betina dari dua Village Breeding Center (VBC) dan warna bulu yang berbeda digunakan dalam penelitian ini. Faktor warna dan VBC dikombinasikan untuk membentuk empat galur artifisial: H1 (puyuh hitam VBC1), C1 (puyuh cokelat VBC1), H2 (puyuh hitam VBC2), C2 (puyuh cokelat VBC2) dimana masing-masing galur terdapat 100 puyuh. Variabel yang diamati adalah bobot badan umur 10 hari (bobot awal), bobot badan umur 70 hari (bobot dewasa), berat telur (gram) dan produksi telur (%). Anova dan DMRT dengan alfa 5% digunakan untuk menguji hipotesis bahwa keempat galur memiliki karakteristik fenotip yang sama. Cluster analysis metode k-means digunakan untuk melihat pola sebaran karakteristik fenotip dari empat galur puyuh. Hasil dari anova di konfirmasi dengan data hasil cluster analysis, sehingga diperoleh kesimpulan yang akurat. Hasil analisis menunjukkan galur artifisial memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot awal, produksi telur dan berat telur (P< 0,05), sedangkan bobot dewasa antar galur relatif setara. Secara umum, VBC1 memiliki bobot awal yang lebih besar daripada VBC2. Puyuh cokelat memiliki bobot telur yang lebih besar dari pada puyuh hitam. Produksi telur dari VBC 2 lebih tinggi daripada puyuh dari VBC1. Pada hasil cluster analysis variabel bobot awal dan bobot dewasa menunjukkan data mengelompok berdasarkan galur, sedangkan pada variabel bobot telur dan produksi telur menunjukkan data mengelompok berdasarkan VBC