ABSTRAK

Pembangunan Batam tidak bisa lepas dari jalinan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Singapura. Lokasi strategis Kota Batam yang berdekatan dengan Singapura mendorong kedua negara untuk meningkatkan  potensi  dan  daya  saing  ekonomi  kota  tersebut. Keberhasilan kerja sama ekonomi kedua negara bisa dilihat dalam proses pembangunan kawasan industri Batam di tahun 1990. Batam kini menjadi salah  satu  kota  industri  di  Indonesia  dan  Singapura  bahkan  tercatat sebagai investor asing terbesar di kota tersebut salama bertahun-tahun. Indonesia dan Singapura kembali menjajal kerja sama serupa untuk meningkatkan   daya   saing   ekonomi   Batam   di   tahun   2006.   Lewat mekanisme kerja sama antarperbatasan, kedua negara memproyeksikan kawasan Batam, Bintan, dan Karimun sebagai Special Economic Zones (SEZ).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan  data  berupa studi  pustaka  dan  wawancara.  Analisis  data terdiri  dari  tahap  mengumpulkan  data,  pengkategorian  data,  penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Kerangka pemikiran penelitian ini berangkat dari performa ekonomi Batam yang menurun usai kerja sama dilakukan.
Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  keberlangsungan  kerja
sama Indonesia dan Singapura cenderung berjalan tidak maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan fluktuasi nilai modal asing yang hanya bergerak di angka 200-400 juta USD per tahun dan hanya tumbuh 17%. Selain itu, sejumlah pelaku usaha juga kerap mengeluhkan insentif pajak serta birokrasi sebagai dampak dua instansi pengelola yang hadir di Kota Batam. Penelitian juga menunjukkan bahwa optimisme terhadap potensi ekonomi Batam masih tinggi. Perbaikan pelayanan birokrasi, pembangunan infrastruktur  yang  mumpuni,  dan  kebijakan  ekonomi  yang  produktif adalah serangkaian cara untuk mempertahankan daya saing Batam.

Kata kunci: investasi asing, special economic zone, kerja sama lintas batas