ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Diskursus Kawiryan Hamengku Buwana VII dalam Serat Saptastha” bertujuan untuk: (1) mengetahui, memahami dan mendeskripsi kejelasan mengapa terdapat diskursus kawiryan dalam naskah Serat Saptastha. (2) memahami dan mengungkapkan bagaimana proses diskursus kawiryan Hamengku Buwana VII dibangun dalam naskah Serat Saptastha. (3) mengetahui, memahami dan mengungkap implikasi diskursus kawiryan pada sikap masyarakat Yogyakarta atas pemahaman terhadap naskah Serat Saptastha.
Penelitian ini berada di ranah keilmuan Kajian Budaya dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif dan interpretatif. Pendekatan yang digunakan berupa pendekatan hermenutik, kemudian teori yang digunakan adalah teori wacana Michel Foucault sebagai teori utama dan dibantu oleh teori hegemoni Antonio Gramsci.
Hasil penelitian menjelaskan tiga temuan. Pertama, sebab terjadi diskursus kawiryan Hamengku Buwana VII dalam Serat Saptastha. Diskursus tersebut  menghasilkan hegemoni terkait keberadaan naskah Serat Saptastha sebagai upaya memberikan pengetahuan mengenai Hamengku Buwana VII dan upaya para pendukung untuk melanggengkan kekuasaan Hamengku Buwana VII. Kedua, proses terjadinya diskursus kawiryan dalam Serat Saptastha menyebabkan adanya pandangan masyarakat dan citra yang ditampilkan Hamengku Buwana VII. Ketiga, implikasi diskursus kawiryan terhadap sikap masyarakat Yogyakarta atas pemahaman naskah Serat Saptastha yang kurang diketahui keberadaannya, namun tidak menjadikan masyarakat Yogyakarta melupakan Hamengku Buwana VII.

Kata Kunci : Diskursus, Kawiryan, Serat Saptastha. Hamengku Buwana VII