ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tata kelola perusahaan yang direpresentasikan pada komposisi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite risiko yang bersertifikat, dan keberadaan unit manajemen risiko terhadap pengungkapan risiko. Variabel pengungkapan risiko diukur menggunakan Risk Disclosure Indeks (RDI) yang terdiri dari 54 item.
Objek penelitian ini adalah 10 perbankan terbesar pada tiga negara yang tergabung dalam ASEAN Bankers Association (ABA) yaitu Filipina, Indonesia, dan Thailand tahun 2014-2016. Sampel keseluruhan penelitian ini adalah 90 dengan metode penelitian yang digunakan yaitu purposive sampling dan metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Penelitian ini juga menganalisis perbedaan tingkat pengungkapan risiko pada bank Filiphina, Indonesia, dan Thailand menggunakan ANOVA pada SPSS.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris independen dan keberadaan unit manajemen risiko berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko sedangkan jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite risiko yang bersertifikat, dan komposisi dewan komisaris wanita tidak berpengaruh terhadap pengungkapan risiko. Pengujian menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perbandingan pengungkapan risiko di negara Filipina, Indonesia dan Thailand. Pengungkapan risiko pada negara Indonesia memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan negara Filipina dan Thailand, sedangkan pada negara Filipina dan Thailand dalam melaksanakan pengungkapan risiko tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Kata kunci: Dewan komisaris Independen, jumlah rapat dewan komisaris, komite risiko bersertifikat, unit manajemen risiko, gender, pengungkapan risiko.