×
ABSTRAK
Latar Belakang. Single Event Multi Level Surgery (SEMLS) merupakan penanganan yang umum digunakan untuk memperbaiki deformitas dan fungsional pada anak Cerebral Palsy (CP) Spastik Diplegia.Usia saat dilakukan pembedahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi outcome SEMLS. Namun demikian masih ada kontroversi mengenai usia ideal dilakukannya operasi pada pasien CP ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh faktor usia saat dilakukan SEMLS di RS Ortopedi Prof. DR R Soeharso Surakarta (RSO) terhadap outcomenya.
Metode. Penelitian ini merupakan studi cross sectional pada pasien CP Spastik Diplegia yang telah menjalani SEMLS di Klinik Pediatri Orthopaedi RSO sejak 1 Januari 2014 hingga 31 Desember 2016. Pasien dibagi dua kelompok, usia dibawah atau sama dengan 7 tahun dan diatas 7 tahun. Evaluasi dilakukan pada kedua kelompok tersebut, 6 , 12 , 18 dan 24 bulan pasca operasi. Outcome terapi dinilai dengan perubahan GMFCS pre operasi dengan pasca operasi. Kemudian hubungan umur terhadap outcome terapinya dinilai dengan analisa model regresi linier.
Hasil: Terdapat 126 pasien dengan CP Spastik Diplegia yang telah menjalani SEMLS , pasien termuda berusia 3 tahun dan tertua 18 tahun , dengan usia rata-rata adalah 8,06 tahun. Dari 126 pasien, 73 orang (57,9 %) adalah laki – laki dan 53 orang (42%) adalah perempuan..Secara umum outcome terapi dari pasien CP yang dilakukan SEMLS di RSOP adalah membaik. Faktor umur berpengaruh terhadap outcome terapi (p < 0,05) baik pada evaluasi 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan maupun 24 bulan pasca operasi..
Kesimpulan. Didapatkan hasil yang cukup baik dalam penanganan pasien CP Spastik Diplegia yang dilakukan SEMLS di RSO. Usia saat dilakukan operasi berpengaruh secara bermakna terhadap outcome terapi , dimana pasien yang dioperasi pada umur kurang dari sama dengan 7 tahun mempunyai outcome terapi yang lebih baik dibandingkan dengan yang dilakukan operasi diatas 7 tahun.
Kata Kunci : RS Ortopedi Prof. DR R Soeharso Surakarta , CP Spastik Diplegia, SEMLS, Usia saat SEMLS