AbstrakSragen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki warisan kain tenun khasyang dikenal dengan kain tenun goyor. Kerajinan tenun goyor sudah berkembangsecara turun-temurun di desa Sambirembe kecamatan Kalijambe kabupatenSragen. Namun 10 tahun terakhir industri kain tenun goyor di desa Sambirembekabupaten Sragen tidak beroperasi lagi karena sulitnya mencari tenaga kerja yangmengakibatkan IKM tersebut hanya bisa melakukan proses penenunan, padahaluntuk menghasilkan produk kain tenun goyor dibutuhkan pelaku yang berperandalam rantai nilai yang utuh mulai dari pengadaan bahan baku sampai denganpemasaran produk jadi. Sedangkan hingga sekarang kerajinan tenun goyor tetapdipertahankan oleh daerah lain seperti kabupaten Sukoharjo dan dicari banyakpembeli baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk memperbaiki rantainilai pada IKM di Sragen juga diperlukannya alat untuk membandingkan rantainilai IKM di Sragen terhadap IKM di Sukoharjo. Rantai nilai di IKM 1 dan IKM 2memiliki 6 proses inti dan 9 pelaku yang menjalankan setiap aktivitas. Nilaitambah pada rantai nilai kain goyor paling tinggi dimiliki oleh eksportir kemudianpengusaha IKM, sedangkan untuk buruh memiliki nilai tambah yang rendah.Untuk mewujudkan IKM 3 dengan rantai nilai yang utuh, maka diperlukan tenagakerja untuk mengisi setiap kekosongan dalam rantai nilai dengan melakukanbenchmarking ke IKM 1 dan IKM 2. Selanjutnya hasil benchmarking digunakanuntuk menyusun kompetensi kerja pembuatan kain tenun goyor sebagai bahanpelatihan tenaga kerja