Penulis Utama : Sigma Saputra Suryanegara
NIM / NIP : A131508022
×

ABSTRAK

Perubahan iklim mengakibatkan pergeseran awal dan panjang musim hujan yang mengakibatkan kegagalan panen, kerusakan sumberdaya lahan pertanian, intensitas banjir dan kekeringan,   serta   peningkatan   kelembaban.   Oleh   karena   itu,  diperlukan   program pemberdayaan petani untuk memanfaatkan informasi dalam mengelola iklim. Sekolah Lapang Iklim merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam pemahaman unsur-unsur iklim dan cuaca, sehingga dapat meningkatkan kemampuan petani dalam merencanakan kegiatan usaha tani dengan pengembangan keterampilan terapan dan pengkajian agroekosistem secara sistematis mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mempelajari pemahaman petani peserta SLI terhadap manfaat  program  Sekolah  Lapang  Iklim,  2) Mempelajari  pemahaman  petani  peserta SLI tentang iklim dan cuaca, 3) Mempelajari pemahaman petani peserta SLI dalam mengendalikan gulma, hama dan penyakit tanaman, 4) Menemukan cara meningkatkan pemahaman petani tentang program SLI dengan menggunakan analisis SWOT.

Data primer adalah data sosial, berasal dari hasil kuisioner semua responden SLI dan data sekunder berasal dari data biotik dan abiotik. Data biotik berupa studi literasi tentang manfaat rumput terhadap tanaman jagung. Data abiotik berasal dari pengamatan hujan, suhu dan kelembaban yang dilakukan setiap hari selama 3 bulan, selain itu ditambah data tahunan yang berasal dari kantor Badan  Meteorologi,  Klimatologi, dan  Geofisika  (BMKG).  Data Primer dianalisis secara deskriptif kualitatif, korelasi dan data sekunder dianalisis dengan deskriptif. Setelah data primer dan sekunder dianalisis, selanjutnya dibuat strategi dengan analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, dan Threath).

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada faktor kemanfaatan SLI diketahui petani sebesar 18 responden (60%) berkata baik, tetapi tidak memiliki korelasi yang nyata dari karakteristik dan kemanfaatan. Disebabkan karena karakteristik penghasilan yang kurang dari UMR sehingga menyebabkan responden (petani) tidak mampu untuk membeli peralatan pengamatan cuaca. Walaupun usia para responden tergolong produktif, tetapi karena kebutuhan pokok rumah tangga menyebabkan responden tidak mampu untuk membeli peralatan yang tergolong mahal tersebut. Selain itu diketahui bahwa setelah selesai program SLI, alat yang digunakan diambil lagi oleh instansi terkait. Sehingga walaupun sebagian besar peserta berpendapat bahwa program SLI ini bermanfaat, tetapi korelasi tidak berhubungan nyata. Pada faktor iklim dan cuaca diketahui petani sebesar 25 responden (83%) mengatakan baik. Faktor ini didukung oleh korelasi antara karakteristik dengan pemahaman iklim dan cuaca, diketahui karakteristik umur memiliki korelasi sangat nyata dengan r 0,475 dengan hubungan  positif.  Sehingga  semakin  usia responden  produktif,  maka  semakin  paham responden terhadap ilmu SLI. Penyebabnya adalah karena usia produktif sebanyak 14 responden memiliki kemauan belajar yang tinggi, daya ingat serta tenaga yang lebih baik. Pada faktor penanggulangan gulma, hama dan penyakit diketahui petani sebesar 18 responden (60%) mengatakan cukup baik. Faktor ini didukung oleh korelasi antara karakteristik dan penanggulangan gulma, hama dan penyakit, diketahui faktor penghasilan memiliki korelasi sangat nyata dengan nilai r 0,479 dan berhubungan positif, yaitu semakin tinggi penghasilan responden, maka pemahaman responden terhadap ilmu SLI semakin tinggi karena adanya keinginan untuk belajar yang tinggi. Faktor ini didukung dengan hujan yang ekstrim, sehingga menyebabkan pemborosan khususnya dalam pengendalian gulma. Pada strategi peningkatan pemahaman petani, dilakukan analisis menggunakan analisis SWOT dengan model kuantitatif deskriptif. Hasil analisis SWOT dari penelitian ini antara lain: pembinaan dan pengkaderan, pembuatan kesepakatan dengan semua instansi yang terkait dalam meningkatkan pendidikan petani, membuat model desa ramah lingkungan, penyaluran hasil pertanian, dan pemanfaatan gulma.

Kesimpulan  1)  Pemahaman  petani  peserta  SLI  terhadap  manfaat  program  SLI tergolong baik, 2) Pemahaman petani peserta SLI terhadap iklim dan cuaca tergolong baik, 3) Pemahaman petani peserta SLI terhadap pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman tergolong cukup baik, 4) Strategi untuk meningkatkan pemahaman petani peserta SLI adalah dengan  melakukan  pembinaan  dan  pengkaderan  minimal  1  tahun,  membuat  kesepakatan antara pemerintah desa dengan instansi terkait dalam pengetahuan petani.

Kata Kunci: Sekolah Lapang Iklim, Peranan Gulma, Unsur Cuaca, Pemahaman PesertaSLI, Analisa SWOT.

×
Penulis Utama : Sigma Saputra Suryanegara
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : A131508022
Tahun : 2018
Judul : Pemahaman Petani terhadap Program Sekolah Lapang Iklim di Desa Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2018
Program Studi : S-2 Ilmu Lingkungan
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan-A131508022-2018
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Drs. Suranto M.Sc., Ph.D.,
2. Komariah STP., M.Sc., Ph.D.,
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.