Penulis Utama | : | Retno Setianing |
NIM / NIP | : | T501108009 |
Abstrak
Lansia mengalami suatu kondisi chronic low grade inflamasi yang dikenal sebagai inflamm-aging. Mekanisme tersebut menyebabkan lansia dalam kondisi berisiko untuk mengalami penyakit degeneratif. Peningkatan stres oksidatif seiring penuaan juga berkontribusi pada peningkatan inflamasi dan penyakit kronis. Penuaan terkait dengan peningkatan kadar reactive oxygen species (ROS) pada jaringan dan sirkulasi serta penurunan kapasitas antioksidan (Woodset al,
2012; Xia et al, 2016). Kondisi lansia yang memiliki kecenderungan mengalami penyakit degeneratif akan menyebabkan peningkatan biaya kesehatan serta penurunan kapasitas fungsional lansia. Hal tersebut diatas dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Populasi lansia di dunia dan Indonesia semakin meningkat dengan jumlah lebih dari 7% dari jumlah penduduk (Kementrian Kesehatan,
2017). Sitokin pro inflamasi seperti IL-6 dan TNF-? kadarnya meningkat dua sampai empat kali lipat serta terjadi penurunan hormon pertumbuhan dan IGF-1. Strategi kesehatan untuk mengurangi inflamasi yang terkait penuaan, dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya dengan latihan aerobik intensitas sedang. Kajian pada penelitian ini menggunakan tinjauan psikoneuroimunologi yang mempelajari interaksi antara faktor psikologis, sistem saraf dan imun. Stres fisik berupa latihan tari poco-poco sebagai latihan aerobik intensitas sedang diharapkan mampu mempengaruhi sistem imun melalui kontrol susunan saraf pusat terhadap aksi hyphothalamic pituitary adrenal (HPA) dan melepaskan hormon yang memicu pelepasan kortisol. Pelepasan kortisol akan memicu penekanan sitokin pro inflamasi. Selain itu hypothalamus juga akan melepas growth hormon (GH) yang mengontrol IGF-1 yang diproduksi liver. Peningkatan IGF-1 karena latihan dengan intensitas sedang akan memberikan pengaruh anti inflamasi dengan menekan sitokin pro inflamasi. Latihan tari poco-poco juga akan membuat otot skeletal memproduksi IL-6 yang berperan sebagai sitokin anti inflamasi dengan menekan kadar sitokin pro inflamasi seperti TNF-?. Perubahan kadar TNF-? karena latihan, terkadang sulit dideteksi, berbeda dengan sepsis yang kadar TNF-? nya meningkat tinggi.
Pelaksanaan latihan yang bermanfaat untuk lansia, selain jenis, intensitas, durasi juga sangat penting untuk menjaga kelangsungan program latihan. Program latihan berbasis tari dan dilakukan bersama-sama di komunitas merupakan hal yang menarik dan membuat lansia lebih termotivasi untuk melakukannya. Latihan tari poco-poco adalah latihan tari yang cukup popular, mudah ditarikan bersama- sama dengan musik yang riang dan gerakan yang rancak serta masuk ke dalam kategori aerobic intensitas sedang. Penelitian ini mendeskripsikan pengaruh latihan tari poco-poco terhadap respons imun, IGF-1 dan kualitas hidup pada lansia.
Latihan tari poco poco dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi setiap minggu 3 kali dengan durasi selama 1 jam. Subjek diambil sampel darahnya sebanyak 3 kali, yaitu sebelum latihan, segera setelah latihan yang pertama dan segera setelah latihan terakhir pada minggu ke-enam. Selain itu dilakukan pengisian kuesioner WHOQOL-BREF sebelum latihan dan setelah latihan 6 minggu untuk mengetahui kualitas hidup subjek. Pemeriksaan laboratorium meliputi sitokin yaitu IL-6 dan TNF-? serta pemeriksaan kadar IGF-1. Pada kelompok kontrol, subjek melakukan senam jantung sehat dengan durasi, frekuensi dan intensitas yang sama.
Pemeriksaan dengan metode ELISA ( enzyme linked immunoabsorbent assay) dilakukan untuk mengetahui kadar IL-6 dan TNF-?, sedangkan untuk memeriksa IGF-1 menggunakan metode immochemiluminescent. Uji statistik dilakukan untuk menganalisis hasil penelitian. Data dianalisis dengan uji t, Mann- Whitney dan Wilcoxon dengan tingkat signifikansi p<0>Penelitian ini menemukan kadar IL-6 pada kelompok tari poco-poco meningkat secara bermakna bila dibandingkan antara sebelum latihan (3.54±1.83 pg/ml) dengan sesudah latihan pertama (4.13±2.37 pg/ml) dengan nilai p= 0,015. Nilai IL-6 sebelum latihan (3.54±1.83 pg/ml) mengalami peningkatan yang bermakna bila dibandingkan setelah latihan 6 minggu (4.88±2.50 pg/ml) dengan nilai p=0.006. Kadar TNF-? pada kelompok tari poco-poco tidak mengalami perubahan yang bermakna. Pemeriksaan IGF-1 sebelum latihan dan sesudah latihan 6 minggu pada kelompok poco-poco menunjukkan peningkatan yang bermakna (1.47±2.17 ng/ml) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (-5.8±-3.5 ng/ml) dengan nilai p= 0.000. Pada pemeriksaan kualitas hidup yang diukur dengan WHOQOL-BREF terdapat peningkatan yang bermakna untuk kelompok tari poco-poco pada domain psikologikal( p=0.027) dan domain hubungan sosial ( p=0.011).
Hasil penelitian ini memiliki implikasi ilmiah dengan menyajikan tinjauan psikoneuroimunologi pada latihan tari poco-poco, dengan memperbaiki respons imun, kadar IGF-1 dan meningkatkan kualitas hidup khususnya untuk domain psikologikal dan hubungan sosial. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah membuka wawasan bahwa latihan tari poco-poco dapat dijadikan alternatif latihan pada lansia yang tidak hanya menggembirakan tapi bermanfaat untuk kesehatan dan kualitas hidup.
Penulis Utama | : | Retno Setianing |
Penulis Tambahan | : | - |
NIM / NIP | : | T501108009 |
Tahun | : | 2018 |
Judul | : | Pengaruh Latihan Tari Poco-Poco terhadap Respons Imun, Insulin-Like Growth Factor-1 ( LGF-1) dan Kualitas Hidup pada Lansia (Tinjauan Psikoneuroimunologi) |
Edisi | : | |
Imprint | : | Surakarta - Pascasarjana - 2018 |
Program Studi | : | S-3 Ilmu Kedokteran |
Kolasi | : | |
Sumber | : | UNS-Pascasarjana Prog. Studi Sains Kedokteran-T501108009-2018 |
Kata Kunci | : | |
Jenis Dokumen | : | Disertasi |
ISSN | : | |
ISBN | : | |
Link DOI / Jurnal | : | - |
Status | : | Public |
Pembimbing | : |
1. Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO. 2. Prof. Dr. dr. Angela BM Tulaar, SpKFR(K). |
Penguji | : | |
Catatan Umum | : | |
Fakultas | : | Sekolah Pascasarjana |
File | : | Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download. |
---|