ABSTRAK

Latar Belakang : Program JKN telah menetapkan tarif INA CBGs untuk pembayaran perawatan di fasilitas kesehatan rujukan, termasuk untuk kasus penyakit ginjal kronis yang merupakan disease burden. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat  kesenjangan antara tarif INA CBGs dengan biaya pelayanan medis rawat inap di rumah sakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi : lama rawat inap, kelas perawatan, tindakan medis/bedah, perawatan ICU dan penggunaan obat sesuai formularium nasional.

Subjek dan Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta pada bulan Agustus sampai Oktober 2017. Subjek sampel sejumlah 231 diambil secara proportional random sampling. Analisis menggunakan regresi linier ganda.

Hasil: Tarif INA CBGs (mean= Rp 6,120,000; SD= Rp 2,330,000) yang dibayarkan BPJS Kesehatan lebih rendah daripada biaya pelayanan medis di rumah sakit (mean= Rp 7,070,000; SD= Rp 4,650,000). Faktor yang menguntungkan rumah sakit adalah tindakan medis/bedah (b=0.032; p= 0.552). Faktor-faktor yang merugikan rumah sakit adalah perawatan kelas 1 (b= -0.104; p= 0.094), perawatan di kelas 2 (b= -0.033; p= 0.590) dibandingkan perawatan di kelas 3, lama perawatan (b= -0.541; p < 0 xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed>mean = Rp 5,526,074; SD = Rp 1,449,621) lebih tinggi dari biaya pelayanan medis kelas 2 di rumah sakit (mean= Rp 3,933,767; SD= Rp. 1,887,900).

Kesimpulan: Mean tarif INA CBGs pada rawat inap penyakit ginjal kronis lebih rendah dari mean biaya pelayanan medis di rumah sakit. Lama perawatan dan kepatuhan dokter dalam menggunakan obat formularium nasional merupakan determinan penting dalam meningkatkan biaya pelayanan medis. Rumah sakit mendapatkan keuntungan untuk pasien yang naik kelas perawatan.

Kata kunci: biaya pelayanan, tarif INA CBGs, penyakit ginjal kronis,determinan.