×
ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji terjemahan bahasa seksual dari novel-novel berbahasa Inggris, yaitu novel Ricochetdan Where There Is Smokekarya Sandra Brown. Menerjemahkan novel asing berarti juga menerjemahkan budaya yang kadang tidak selaras dengan budaya Indonesia, salah satunya adegan dan kegiatan seksual yang banyak terdapat dalam novel-novel tersebut. Karena beragamnya penerbit dan penerjemah, terjemahan kegiatan dan adegan seksual yang dituangkan dengan memakai bahasa seksual tersebut juga beragam. Masalah utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah penerjemahan bahasa seksual yang mencakup klasifikasi yang muncul dan kualitas terjemahannya.Tujuan disertasi ini adalah: (1) Menglasifikasi tipe-tipe bahasa seksual yang muncul dalam unit linguistikkata, frasa, klausa, maupun kalimat di novel-novel Sandra Brown.(2) Mendeskripsikan dan menjelaskan teknik-teknik penerjemahan yang diaplikasikan dalam mengalihkan pesan bahasa seksual dalam novel-novel Sandra Brown. (3) Menjelaskan dan menganalisis pengaruh faktor penggunaan teknik-teknik penerjemahan tersebut terhadap kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan bahasa seksual dalam novel-novel Sandra Brown.(4) Menjabarkan dan menganalisis hubungan klasifikasi dan teknik penerjemahan dan pengaruhnya terhadap nilai kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan bahasa seksual dalam novel-novel Sandra Brown.Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan strategi studi kasus terpancang. Sumber datanya berupa 2 (dua) teks novel karya Sandra Brown dan 2 (dua) terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Data yang dihimpun adalah bahasa seksual yang terdapat dalam novel-novel tersebut yang berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. 3 (tiga) orang rater diminta untuk memberi penilaian terhadap kualitas terjemahannya, yang meliputi kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Hasil penilaian dari para rater ini dijadikan sebagai alat untuk menganalisis datanya.Setelah dilakukan analisis yang mendalam, ditemukan bahwa bahasa seksual yang terdapat di dalam novel tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) kategori: aktivitas seksual, persetubuhan, orgasme, organ seksual perempuan, dan organ seksual laki-laki. Klasifikasi tersebut diikuti oleh sub klasifikasinya yakni sub klasifikasi suara, ciuman, sentuhan dan belaian untuk klasifikasi aktivitas seksual, sub klasifikasi suara, persetubuhan oral dan persetubuhan genital untuk klasifikasi persetubuhan, sub klasifikasi orgasme perempuan dan orgasme laki-laki untuk klasifikasi orgasme, dan sub klasifikasi kepala, tubuh dan alat vital untuk klasifikasi organ seksual perempuan dan laki-
ixlaki. Analisis sub klasifikasi tersebut dilakukan pada tataran unit linguistik terkecil yakni mulai dari unit linguistik kata, frasa, klausa dan kalimat, sehingga hasil kajian lebih tajam dan mendalam. Penggunaan teknik penerjemahan menunjukkan dominasi teknik padanan lazimpada hampir semua unit linguistik. Teknik delesidiaplikasikan lebih banyak oleh penerjemah wanita dibanding penerjemah pria dan dominan pada unit linguistik kata dan frasa terutama yang berkaitan dengan klasifikasi organ seksual. Penerapan teknik ini mengakibatkan kualitas terjemahan yang tidak dan/atau kurang akurat, karena pesan dan makna tidak dapat disampaikan secara utuh dalam bahasa sasarannya. Unit linguistik klausadan kalimat didominasi penggunaan teknik padanan lazimdan generalisasi, sehingga pesan dan makna tersampaikan secara lebih akurat.Hasil analisis komprehensif menunjukkan bahwa kedua penerjemah telah menghasilkan terjemahan bahasa seksual yang bagus danlayak untuk dikonsumsi masyarakat luas dan tidak bertentangan dengan Undang-undang Pornografi. Penerjemah menerapkan „self censorship? dalam menyikapi bahasa yang „dianggap? terlalu vulgar. Sensor diri tersebut dituangkan dalam penerapan teknik penerjemahan yang cenderung menggeneralisasi, mereduksi, atau bahkan menghilangkan unit terjemahannya. Penerjemah tidak banyak menggunakan teknik eufemismeyang sebenarnya merupakan alternatif yang jauh lebih baik dibanding reduksi atau delesi. Penggunaan eufemisme yang diaplikasikan dalam terjemahan tersebut menghasilkan kata-kata atau frasa yang mempunyai konotasi seksual yang setara dengan yang ada dalam Tsu namun menjadi tidak vulgar, contohnya pemakaian kata kelelakian atau kejantanan sebagai padanan dari „penis?.
Kata Kunci: penerjemahan bahasa seksual, klasifikasi bahasa seksual, teknik penerjemahan, kualitas terjemahan, keakuratan, keberterimaan, keterbacaan.