Penulis Utama : Selfi Handayani
NIM / NIP : T501308010
×

Abstrak

Pertumbuhan tulang panjang menentukan tinggi badan akhir seseorang. Tinggi badan merupakan ciri fenotipe yang mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri individu. Seringkali anak dengan tinggi badan tidak normal atau perawakan pendek mengalami gangguan psikososial. Anak dapat mempunyai kompetensi sosial yang rendah dan problem sosial lebih banyak dibandingkan dengan orang normal   yang  pada   akhirnya   akan   mempengaruhi   karier   dan   status  sosial seseorang. Hal ini dapat menjadi masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian, dan menjadi alasan bagi orang tua untuk mencari pengobatan.

Penanganan   perawakan   pendek   yang   dilakukan   saat   ini   adalah   dengan memberikan hormon pertumbuhan GH dan IGF-1. Terapi dengan kedua hormon tersebut  mampu meningkatkan tinggi badan, tetapi cara pengobatan hormon sulit dilakukan, disamping mahal biayanya seringkali mempunyai efek samping yang tidak diinginkan. Laserpunktur menawarkan terapi yang mudah, murah, efisien dan hampir tidak ada efek samping. Metode ini merupakan teknologi modern yang diaplikasikan untuk terapi tradisional akupunktur.

Akupunktur adalah bagian dari Terapi Tradisional China dan merupakan cara pengobatan yang telah dilakukan lebih dari 2000 tahun. Masyarakat sudah menggunakannya dan sampai saat ini masih dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan, serta mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Salah satu penggunaan akupunktur yang telah dilakukan adalah untuk meningkatkan tinggi badan pada anak remaja. Efektivitas dan keamanan akupunktur telah teruji dan terbukti oleh waktu, namun demikian masih diperlukan banyak bukti ilmiah untuk menerangkan bagaimana mekanisme kerja Akupunktur. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis secara molekuler dan stereologi efek  laserpunktur  titik  GV20,  ST36  dan  GV20+ST36  terhadap  pertumbuhan tulang panjang tikus adolesen dengan menilai panjang tungkai bawah, jumlah kondrosit dan volume cakram epifise serta kadar ghrelin dan IGF-1 serum.

Sebanyak  40  ekor  tikus,  usia  3  minggu,  jenis  kelamin  jantan,  dibagi  secara random menjadi 2 grup, A dan B. Grup A mendapatkan laser selama 10 hari dan B mendapatkan laser selama 15 hari. Setiap grup kemudian dibagi menjadi 4 subgrup, yaitu kontrol (A1 dan B1), subgrup GV20 yaitu mendapatkan laser pada titik GV20 (A2 dan B2), subgrup ST36 yaitu mendapatkan laser pada titik ST36 (A3 dan B3) dan subgrup GV20+ST36 mendapatkan laser pada kombinasi titik akupunktur  GV20  dan  ST36.  Laser  yang dipakai  adalah  semikonduktor  level rendah dengan panjang gelomabang 635 mA dan power 5 mW, diaplikasikan selama  60  detik  (0,3  J/cm2).  Sebelum  dan  setelah  diberi  perlakuan,  diukur panjang tungkai pada hari ke 8 dan 15, diambil darahnya dari sinus orbitalis untuk pemeriksaan  IGF-1  dan  ghrelin  dengan  Eliza.  Setelah  itu,  tikus  dikorbankan dengan cara neck dislocation dan diambil tibia kanan untuk pembuatan sediaan histologi, kemudian dihitung jumlah kondrosit dan volume cakram epifise dengan metode stereologi. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS versi 22.0. Uji statistik yang digunakan adalah ANOVA dan Kruskal Wallis (KW).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pertambahan panjang tungkai pada tikus yang distimulasi laser. Pada grup yang distimulasi laser selama 15 hari mempunyai pertambahan panjang yang lebih besar dibandingkan grup 10 hari. Sementara itu, untuk pemilihan titiknya, subgrup yang distimulasi di titik ST36 mempunyai pertambahan yang paling besar diikuti dengan subgrup kombinasi GV20 dan ST36 dan subgrup GV20 apabila dibandingkan dengan subgrup kontrol. Jumlah kondrosit cakram epifise pada semua subgrup perlakuan mengalami peningkatan secara signifikan. Volume cakram epifise mengalami peningkatan  pada  subgrup  perlakuan,  namun  tidak  terdapat  perbedaan  yang signifikan antara subgrup, baik pada grup A maupun grup B. Konsentrasi IGF-1 terlihat berbeda pada setiap subgrup. Subgrup tikus yang mendapatkan stimulasi laser pada titik GV20 mengalami penurunan, sementara itu, stimulasi laser pada titik ST36 dan kombinasi titik GV20 dan ST36 di kedua grup A dan B menyebabkan peningkatan rerata kadar IGF-1. Peningkatan tertinggi terlihat pada subgrup yang mendapatkan laser pada titik ST36. Kelompok 15 hari menunjukkan peningkatan   yang   lebih   besar   dibandingkan 10 hari. Kadar ghrelin juga mengalami perubahan. Pada subgrup tikus yang mendapatkan stimulasi laser pada titik GV20 terjadi penurunan sedangkan stimulasi laser pada titik ST36 dan kombinasi  titik  GV20  dan  ST36  di  kedua  grup  A  dan  B  menyebabkan peningkatan rerata kadar ghrelin. Peningkatan tertinggi terlihat pada subgrup yang mendapatkan laser pada titik kombinasi GV20+ST36.

Dalam penelitian ini panjang tungkai bawah pada subgrup perlakuan meningkat dibandingkan dengan kontrol dengan peningkatan tertinggi pada subgrup ST36 dengan stimulasi laser 15 hari. Ini berbeda dengan konsentrasi ghrelin dan IGF-1, di mana laserpunktur memberikan pengaruh berupa penurunan atau peningkatan kadarnya  sesuai  dengan  titik  akupunktur  yang distimulasikan. Dalam  subgrup GV20, terjadi penurunan konsentrasi Ghrelin dan IGF-1, sedangkan di subkelompok lainnya terlihat adanya peningkatan. Peningkatan tertinggi konsentrasi IGF-1 terjadi di subkelompok ST36 sedangkan peningkatan tertinggi konsentrasi ghrelin terjadi pada subkelompok kombinasi GV20+ST36.

Data pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kadar ghrelin yang tinggi di subgrup kombinasi tidak terlalu berpengaruh terhadap panjang tungkai dibandingkan dengan kadar IGF-1, yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar ghrelin yang sangat tinggi tetapi panjang tungkai bawahnya tidak terlalu meningkat. Kami memperkirakan bahwa pertumbuhan memanjang tulang lebih dipengaruhi oleh kadar IGF-1 dibandingkan dengan kadar ghrelin.
Hasil penelitian ini memiliki implikasi ilmiah dan praktis. Implikasi ilmiah yang dilakukan dengan menyajikan tinjauan molekuler dan stereologi memberikan pengayaan bagi teori akupunktur dan mekanisme kerjanya. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah membeikan wawasan bagi masyarakat utamanya pelaku akupunktur yaitu terapis dan pasien. Praktek akupunktur terbukti positif dan aman oleh karena itu tetap dapat dimanfaatkan sebagai terapi komplementer untuk menambah tinggi badan pada anak adolesen

×
Penulis Utama : Selfi Handayani
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T501308010
Tahun : 2018
Judul : Efek Laserpunktur Titik GV20 dan ST36 terhadap Pertumbuhan Tulang Panjang Tikus Adolesen (Studi Molekuler dan Stereologi)
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2018
Program Studi : S-3 Ilmu Kedokteran
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prog. Studi Sains Kedokteran-K7614014-2018
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Bambang Purwanto, dr, Sp.PD-KGH, FINASIM.
2. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr., PAK, MM, M.Kes.
3. Prof. Dr. Koosnadi Saputra, dr., Sp.Rad.
Penguji :
Catatan Umum : Lamp unpublish
Fakultas : Fak. Kedokteran
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.