ABSTRAK

Kajian  stilistika ini  merupakan  analisis  pemakaian  bahasa  dalam Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini  adalah  1. Bagaimanakah  diksi  dilihat  dari  aspek  persamaan  purwakanthi swara,  purwakanthi  lumaksita,  purwakanthi  sastra  dalam  Serat  Wulang  Reh karya Pakubuwana IV? 2. Bagaimanakah kata-kata arkhais dilihat dari rangkaian kalimat dalam Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV? 3. Bagaimanakah gaya bahasa   yang   ada   dalam   Serat  Wulang   Reh   karya   Pakubuwana   IV?   4. Bagaimanakah pencitraan dalam Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV? Adapun tinjauan pustaka pada penelitian ini berupa buku teks berkaitan dengan hubungan bahasa,  kebudayaan  dan sastra, stilistika,  puisi, diksi,  gaya  bahasa, pencitraan. Penelitian relevan meliputi  penelitian-penelitian ilmiah yang sudah pernah dilakukan para peneliti yang mengkaji stilistika terdahulu.

Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif yang bersifat deskriptif. Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV berperan sebagai sumber data. Karya tersebut diambil dengan menggunakan teknik cuplikan bersifat sampel sesuai dengan kriteria tertentu. Metode pengumpulan data dengan cara membandingkan sumber data tertulis yaitu Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV dari berbagai penerbit berdasarkan aspek pemakaian bahasa, aspek keutuhan teks, kejelasan tulisan, kesesuaian teks  bandingan terhadap  teks  asli.  Untuk  menjamin validitas  data, digunakan teknik trianggulasi data. Proses analisis data menggunakan langkah atau berdasarkan komponen: reduksi data, sajian data, penarikan simpulan serta verifikasi. Teknik analisis data yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu teknik lesap dan teknik ganti.

Hasil kajian stilistika terhadap Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV dapat disimpulkan berikut ini.

Dalam hal diksi berkaitan dengan purwakanthi swara (asonansi) dominan dan produktif digunakan dalam Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV yaitu pengulangan bunyi vokal [a], [i], [u], [e], [ê], [o], purwakanthi lumaksita adanya pengulangan  suku  kata  dan  pengulangan  kata,  purwakanthi  sastra  (aliterasi) terdiri atas pengulangan bunyi konsonan konsonan [b], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [ng], [p], [r], [s], [t], [w] and [y]. Ketiga puwakanthi menjadikan Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV tampak puitis dan estetis. Pengulangan  vokal, suku kata, dan kata dalam masing-masing teks pupuh tembang merupakan bentuk persamaan dilihat dari ketiga purwakanthi tersebut. Dan sebagai kekhasan Pakubuwana IV dalam membuat karya sastra tembang.

Berkaitan dengan bentuk kata arkhais ditemukan beragam jenis kosakata bahasa Kawi yang dominan digunakan dalam Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV berupa pengkategorian kelas kata berdasarkan kelas kata kategori kata sifat, kata ganti (pronomina), kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata bilangan (numeralia), kata gabung (konjungsi). Penggunaan kata arkhais jenis kosakata bahasa Kawi menambah keindahan dan keterkaitan antara guru lagu, guru gatra, guru wilangan. Gaya bahasa beraneka macam meliputi: simile atau persamaan, metafora, alegori, personifikasi, sarkasme, antonomasia, asindeton, oksimoron, litotes, antitesis, anastrof. Gaya bahasa tersebut merealisasi ide gagasan sang pengarang dalam   menyampaikan   luapan   ungkapan   hati   pada   pembaca.   Selain   itu, mengandung unsur estetik yang dominan.

Dalam  hal  pencitraan  dipergunakan  beberapa  citraan  oleh  pengarang dalam karya sastranya yaitu Serat Wulang Reh mencakup: (1) citraan penglihatan, (2) citraan pendengaran, (3) citraan gerak, (4) citraan perabaan, (5) citraan penciuman, (6) citraan pencecapan, (7) citraan intelektual. Pemakaian citraan- citraan tersebut  merangsang pembaca untuk  dapat  meraskan  serta menjadikan karya sastra Serat Wulang Reh lebih bermakna