Penulis Utama | : | Raden Arief Nugroho |
NIM / NIP | : | T141008004 |
ABSTRAK
Disertasi ini membahas tentang proses penerjemahan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tunanetra. Pendekatan yang digunakan dalam disertasi adalah kritik holistik. Selanjutnya, pendekatan ini memiliki tiga aspek pembahasan, yaitu aspek genetik, objektif, dan afektif. Pertama-tama, aspek genetik dalam penelitian ini adalah kompetensi dan keterampilan penerjemahan penerjemah tunanetra. Lebih lanjut, aspek objektif dalam penelitian ini terkait dengan proses penerjemahan dan terjemahan yang dihasilkan penerjemah tunanetra. Terakhir, aspek afektif dalam penelitian ini mengungkapkan kualitas terjemahan yang dihasilkan penerjemah tunanetra.
Tujuan penulisan disertasi ini adalah: (1) Menggambarkan secara terperinci kompetensi, keterampilan, dan proses penerjemahan penerjemah tunanetra yang dilibatkan dalam penelitian ini, (2) Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh penerjemah tunanetra dalam proses penerjemahan, (3) Menjabarkan strategi penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah tunanetra untuk mengatasi kesulitan- kesulitan dalam penerjemahan teks bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan mengeksplorasi alasan dan keputusan penerjemah tunanetra terhadap penggunaan strategi penerjemahan yang dilakukannya, (4) Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah tunanetra dalam menerjemahkan teks dan menjelaskan alasan penggunaan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah tunanetra, dan (5) Menilai pengaruh dari kompetensi, strategi, dan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan oleh penerjemah tunanetra.
Penelitian dalam disertasi ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan kritik holistik. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari: (1) dua orang penerjemah tunanetra, penerjemah pakar, pembaca pakar, dan pembaca sasaran, (2) peristiwa atau aktivitas proses penerjemahan, (3) rekaman dari proses penerjemahan, dan (4) dokumen-dokumen yang meliputi terjemahan penerjemah tunanetra, evaluasi prapenerjemahan, dan evaluasi pascapenerjemahan (Sutopo, 2002).
Data dalam penelitian disertasi ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik kuesioner, wawancara, simak, penugasan, Think Aloud Protocol, retrospection, catat, rekam, dan focus group discussion. Saat penugasan, penerjemah tunanetra harus menerjemahkan teks bidang disabilitas dan psikologi yang menurut kriteria Flesch Reading Ease diklasifikasikan ke kriteria “sangat sulit untuk dibaca”. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang merujuk pada analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema (Spradley, 1979).
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi dan keterampilan yang ditemukan dalam penelitian disertasi ini meliputi: a) kompetensi bilingual dan keterampilan language and literacy; b) kompetensi ekstralinguistik dan keterampilan cultural understanding; c) kompetensi instrumental dan keterampilan project management dan information technology; d) kompetensi pengalihan dan keterampilan making decisions; e) kompetensi strategis dan keterampilan making decisions; dan f) kompetensi psikofisiologis dan keterampilan communication.
Untuk kesulitan penerjemahan yang dialami penerjemah tunanetra, peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan semantik (perubahan makna) merupakan kesulitan terbesar yang dialami penerjemah tunanetra dengan frekuensi temuan sebanyak 119 temuan (23%), diikuti stilistika 107 temuan (20%), gramatikal 83 temuan (16%), terminologi 60 temuan (11%), fraseologi 39 temuan (39%), semantik (penghilangan informasi) 38 temuan (7%), leksikal 34 temuan (7%), register tidak tepat 24 temuan (5%), bentuk tidak masuk akal 20 temuan (4%), dan kolokasi 7 temuan (1%).
Berdasarkan hasil penelitian atas strategi penerjemahan, peneliti dapat menarik simpulan bahwa penerjemah tunanetra memiliki strategi penerjemahan yang menjadi kebiasaan atau pola mereka. Strategi penerjemahan yang paling sering digunakan adalah RP-DM-SP# dengan 84 temuan (22%), diikuti REF# dengan 68 temuan (18%), RP- ?SP-SP# dengan 35 temuan (9%), SIM# dengan 23 temuan (6%), REF-RP-DM-SP# dengan 14 temuan (4%), RP-SIT-SP# dengan 14 temuan (4%), dan RP-ER-SP# dengan 11 temuan (3%). Selain 7 (tujuh) pola kebiasaan strategi penerjemahan tersebut, terdapat 89 (delapan puluh sembilan) strategi penerjemahan lainnya yang termasuk ke dalam strategi penerjemahan dengan pola acak.
Untuk teknik penerjemahan yang diaplikasikan penerjemah tunanetra, peneliti dapat menarik simpulan bahwa teknik penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling sering diaplikasikan penerjemah tunanetra dengan 141 temuan (29%), diikuti kesepadanan lazim dengan 99 temuan (20%), kreasi diskursif 96 temuan (19%), transposisi 64 temuan (13%), reduksi 52 temuan (10%), peminjaman 19 temuan (4%), amplifikasi 13 temuan (3%), partikularisasi 5 temuan (1%), kalke 4 temuan (1%), dan modulasi 1 temuan (0%).
Dari respon para penilai kualitas terjemahan, peneliti mendapati fakta bahwa nilai keakuratan terjemahan penerjemah tunanetra adalah 1,5. Kemudian, mereka mendapatkan nilai keberterimaan sebesar 1,7. Terakhir, mereka memperoleh nilai keterbacaan 2,0. Dengan demikian, kualitas terjemahan mereka hanya bernilai 1,65. Peneliti menyimpulkan bahwa terjemahan penerjemah tunanetra diklasifikasikan ke dalam terjemahan dengan kualitas buruk.
Peneliti berpendapat bahwa rendahnya tingkat penilaian tersebut merupakan kontribusi dari penggunaan strategi penerjemahan RP-DM-SP# dan REF# dan teknik penerjemahan harfiah dan kreasi diskursif yang terlalu berlebihan. Peneliti menilai bahwa hasil tersebut disebabkan oleh faktor kompetensi penerjemah tunanetra yang belum baik.
Untuk meningkatkan kualitas penerjemahan penerjemah tunanetra, peneliti telah menghimpun dua puluh tujuh rekomendasi penerjemahan, seperti penerjemah harus: memperhatikan kesesuaian makna bahasa sumber, menggunakan kamus istilah atau melihat padanannya di internet, menghindari penghilangan unit linguistik, memperhatikan kelas kata, dan lain sebagainya. Hal tersebut perlu dilakukan penerjemah, agar hasil terjemahan para penerjemah tunanetra sesuai dengan prinsip penerjemahan: “lengkap, benar, dapat dipercaya, asli, relevan, tepat atau setia dengan sumber asli, sahih, dan sesuai dengan tujuan” (Hartono, 2011:309).
Kata kunci: penerjemah tunanetra, proses penerjemahan, kompetensi dan keterampilan penerjemahan, kualitas terjemahan, strategi penerjemahan, teknik penerjemahan.