ABSTRAK

Penyandang tunagrahita merupakan orang yang mengalami gangguan perkembangan mental, sehingga sering mendapatkan penolakan dari masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan praktik sosial dan konstruksi masyarakat terhadap penyandang tunagrahita di Balai Rehabilitasi Sosial Disgranda “Raharjo” Sragen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian adalah penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial Disgranda “Raharjo” Sragen dan masyarakat disekitar balai rehabilitasi. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data pembuatan penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitus dan modal penyandang tunagrahita sangat terbatas dan hanya berlaku bagi penyandang tunagrahita yang mendekati normal. Arena penyandang tungrahita bukan menjadi tempat mempertaruhkan modal, melainkan modal hanya digunakan oleh penyandang tunagrahita untuk bertahan di dalam arena. Sehingga menghasilkan praktik sosial sebagai berikut : penyandang tunagrahita dengan kategori idiot masih memiliki praktik ketergantungan, mampu latih memiliki praktik semi ketergantungan, dan mampu didik memiliki praktik mandiri. Penyandang tunagrahita setelah menjalani bimbingan dan rehabilitasi mengalami perubahan. Penyandang tunagrahita tidak lagi menjadi orang yang mengganggu dan menyusahkan masyarakat. Praktik sosial penyandang tunagrahita tersebut mempengaruhi konstruksi masyarakat terhadap penyandang tunagrahita melalui sosialisasi yang diadakan oleh Balai Rehabilitasi Sosial Disgranda “Raharjo” Sragen. Hal ini ditunjukkan dengan penerimaan masyarakat terhadap penyandang tunagrahita, semakin mandiri penyandang tunagrahita semakin baik penerimaan masyarakat.

Kata kunci : tunagrahita, praktik sosial, konstruksi sosial.