×
ABSTRAK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat dijelaskan sebagai anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Saat ini ABK dapat bersekolah disekolah inklusi, berdampingan dengan anak normal lainnya. Sekolah inklusi merupakan pendidikan biasa yang sistem pendidikannya menyesuaikan kepada kebutuhan khusus setiap anak yang ada di kelas tersebut baik siswa reguler maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola komunikasi guru dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam meningkatkan kiat belajar di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun 2017.
Pola Komunikasi menurut Effendy (1986:32), terdiri dari 3 macam, yaitu: pola komunikasi satu arah, pola komunikasi dua arah atau timbal balik, dan pola komunikasi multi arah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan narasumber, observasi di lapangan dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel berjumlah 5 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau disebut dengan siswa inklusi dengan kecacatan low vision.
Hasil dari penelitian ini adalah guru SMA Negeri 8 Surakarta menggunakan berbagai pola komunikasi saat menyampaikan materi pelajaran maupun saat berinteraksi dengan siswa-siswi SMA Negeri 8 Surakarta, yaitu: pola komunikasi satu arah, pola komunikasi dua arah, dan pola komunikasi multi arah. Yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan kiat belajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah sifat ABK yang tertutup terhadap guru, kurangnya kedekatan antara guru dengan ABK, ABK merasa minder atau kurang percaya diri saat berada di sekitar siswa reguler.
Kata kunci: Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Low vision, Pola komunikasi, Komunikasi interpersonal, Sekolah inklusi