Penulis Utama : Reizya Gesleoda Axiaverona
NIM / NIP : D0313060
×

ABSTRAK

Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam dengan ciri khas daerah masing – masing dan nilai – nilai yang dipercayai oleh masyarakat. Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari. Tujuan penelitian adalah latar belakang, prosesi pelaksanaan, dan pemaknaan dari pelaksanaan upacara adat Tetaken di Desa Mantren Kacamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural, dari Talcott Parson. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Informan penelitian adalah masyarakat Desa Mantren yang mengetahui dan ikut dalam upacara adat Tetaken, yaitu Kepala Desa Mantren, Juru Kunci Gunung Lima, akademisi, dan masyarakat. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Lokasi penelitian ini di Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan model Miles dan Hubermas yang dimulai dari tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data hingga penarikan kesimpulan, serta untuk validitas data menggunakan triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara adat Tetaken merupakan bentuk gagasan masyarakat Desa Mantren yang kemudian timbul kepercayaan mengenai pentingnya dilaksanakan upacara adat Tetaken yang berasal dari cerita Kyai Tunggul Wulung sehingga muncullah aktivitas – aktivitas dalam bentukntindakan dan interaksi pada pelaksanaan upacara adat yang melibatkan semua masyarakat. Upacara adat Tetaken menyiratkan simbol penjagaan terhadap kelestarian serta kearifan lokal khas bagi masyarakatnya. Berdasarkan skema AGIL, ditemukan bahwa sistem Adaptation pada masyarakat  Desa Mantren yaitu dari nilai kognisi dalam menyesuaikan diri dan bertahan hidup di lingkungan lereng Gunung Lima dengan bertani. Dari system Goal Attainment, masyarakat merasakan bahwa dengan adanya upacara adat Tetaken masyarakat memiliki rasa syukur akan pencapaian tujuannya yaitu berlimpahnya hasil pertanian desa.
Integration pada masyarakat dilihat dari nilai moral yaitu hubungan masyarakat yang memiliki solidaritas dan rasa gotong royong yang tinggi dalam melaksanakan upacara adat atau aktivitas lainnya. Sedangkan sistem Latent Pattern Maintenance pada nilai apresiasi masyarakat yang menganggap bahwa upacara adat dianggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup mereka sehingga berfungsi menjadi pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupannya. Masyarakat menjadi satu kesatuan atas dasar kesepakatan dari anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaanperbedaan sehingga masyarakat Desa Mantren dipandang sebagai suatu system yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu ketergantungan dan pemaknaan dalam dalam nilai kognisi, nilai moral dan nilai apresiasi.
Kata Kunci : Nilai, Sosial, Budaya, Upacara Adat

 

×
Penulis Utama : Reizya Gesleoda Axiaverona
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : D0313060
Tahun : 2017
Judul : Nilai Sosial Budaya Dalam Upacara Adat Tetaken (Studi Deskriptif Upacara Adat Tetaken Di Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan)
Edisi :
Imprint : Surakarta - F. ISIP - 2017
Program Studi : S-1 Sosiologi
Kolasi :
Sumber : UNS-F. ISIP, Jurusan Sosiologi, D0313060-2017
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. RB. Soemanto, M.A
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. ISIP
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.