Penulis Utama : Widya Kartika Laksmawati
NIM / NIP : H0713193
×

ABSTRAK

Jagung  merupakan  sumber  bahan  pangan  penting  setelah  beras  di
Indonesia. Kebutuhan jagung dalam negeri terus meningkat. Produksi jagung dalam negeri masih belum dapat memenuhi kebutuhan jagung dalam   negeri sehingga pemerintah melakukan impor. Nilai impor jagung tercatat dalam data BPS tahun 2016 menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2016 impor jagung menduduki  nilai  tertinggi  yaitu  sebesar  46.571.550kg  setelah  diikuti  beras sebesar   38.490.002kg.   Upaya   untuk   menanggulanginya   perlu   dilakukan perakitan varietas unggul berdaya hasil tinggi seperti varietas jagung hibrida. Varietas jagung hibrida tersebut harus memiliki kemampuan adaptasi dan stabilitas yang baik sehingga mampu tumbuh optimum didaerah budidayanya. Kemampuan adaptasi adalah kemampuan suatu genotip untuk tetap hidup dan melakukan perkembangbiakan dalam keadaan lingkungan yang beragam. Stabilitas  hasil  merupakan  karakter  yang  diwariskan  melalui  daya  sangga populasi yang secara genetik heterogen. Sesuai dengan peraturan mentri pertanian nomor 61/Permentan/OT.140/10/2011 bab II pasal 4 bahwa tanaman semusim hasil pemuliaan perlu dilakukan uji kemampuan adaptasi. Informasi kemampuan adaptasi dan stabilitas hasil dari calon varietas merupakan salah satu syarat dalam pelepasan suatu varietas di Indonesia. Kemampuan adaptasi dan stabilitas suatu genotipe dapat diketahui melalui uji multilokasi. Penelitian ini dilakukan  adaptabilitas  dan    stabilitas  delapan  genotipe  jagung  hibrida  baru pada empat lokasi percobaan di Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan dengan uji multilokasi pada empat lokasi di Jawa Tengah yaitu Grobogan, Boyolali, Purworejo dan Klaten. Genotipe jagung hibrida yang digunakan yaitu ADV777, P35, NK28, PACER, PAC132, PAC139, PAC164 dan PAC196. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAKL) dengan empat kali ulangan. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, tingi letak tongkol, berat 1000 biji, rendemen biji, berat tongkol panen, hasil panen, adaptasi dan stabilitas. Penentuan kriteria kemampuan adaptasi dan stabilitas menggunakan tiga model yaitu Francis dan Kannenberg (1978), Finlay dan Wilkinson (1963) serta Eberharrt dan Russell (1966).
Hasil  penelitian  meunjukkan  lokasi  Grobogan  memiliki  hasil  rata-rata tinggi tanaman dan presentase rendemen biji tertinggi dibandingkan ketiga lokasi
lainnya  yaitu  240,81cm  dan  83,56%.  Tinggi  letak  tongkol  pada  kedelapan
genotipe pada keempat lokasi penelitian berkisar antara 56,60-113,00cm. Lokasi Klaten memiliki berat 1000 biji tertinggi yaitu sebesar 439,29g sementara lokasi Purworejo memiliki berat 1000 biji terrendah sebesar 322,25g. Berat tongkol panen  delapan  genotipe  diatas  berkisar  antara  5,75-10,67kg.  NK28  memiliki berat tongkol panen terbesar, yaitu 8,95kg dan berbeda nyata dengan PAC139. Lokasi Klaten memiliki berat tongkol panen tertinggi dari ketiga lokasi lain yaitu sebesar  9,35kg.  Lokasi  Boyolali  dan  Purworejo  dikatakan  kurang  produktif karena memiliki nilai indeks lingkungan -0,9 hinga -1,1 sedangkan lokasi Grobogan produktif dengan indeks lingkungan 1,6. Lokasi Grobogan memiliki rata-rata hasil 10,18ton/ha, hasil tersebut lebih tinggi dan berbeda nyata dari rata-rata hasil di lokasi Boyolali (7,69ton/ha) dan Purworejo (7,46ton/ha). Berat tongkol panen, rendemen biji dan berat 100 biji merupakan indikator yang mempengaruhi hasil. Uji korelasi meunjukkan adanya korelasi positif antara berat tongkol panen dengan hasil. Berdasarkan analisis ragam menunjuukan bahwa perbedaan lokasi dan genotipe memberikan pengaruh yang signifikan sedangkan pada   interaksi   genotipe   dengan   lingkungan  tidak   signifikan.   Kemampuan adaptasi dan stabilitas hasil dapaat diukur melalui koefisien keragaman genotipe, koefisien regresi, nilai ragam lingkungan dan simpangan regresi. Francis dan Kannenberg (1978) menyatakan bahwa semakin kecil nalai koefisien keragaman genotipe dan nilai ragam lingkungan suatu genotipe maka semakin tinggi tingkat kestabilannya. PACER, PAC132, PAC164 dan PAC196 menunjukkan nilai koefisien  keragaman  genotipe  yaitu  masing-masing  9,19%;  6,45%;  19,13%;
7,77% dan nilai ragam lingkungan masing-masing 0,58; 0,33; 0,70; 0,49. Finaly dan  Wilkinson  (1963)  suatu  genotipe  yang  memiliki  koefisien  regresi  sama
dengan 1 dan rata-rata hasil lebih tinggi dari rata-rata total dapat dinyatakan
sebagai   genotipe   stabil   dengan   kemampuan   adaptasi   tinggi   di   semua lingkungan. Genotipe yang memiliki koefisien regresi sama dengan 1 dan rata- rata hasil lebih rendah dari rata-rata total dapat dinyatakan sebagai genotipe stabil dengan kemampuan adaptasi rendah di semua lingkungan. Eberhart dan Russell (1966) menyatakan bahwa suatu genotipe dinyatakan stabil apabila memiliki  nilai  koefisien  regresi  mendekati  1  dan  nilai  simpangan  regresi mendekati   0.   Analisis   adaptasi   dan   stabilitas   pada   model   Francis   dan Kannenberg,   Finlay-Wilkinson   dan   Eberhart-Russell   menunjukkan   bahwa PAC132 merupakan genotipe yang stabil serta memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi di semua lingkungan. PACER, PAC164 dan PAC196 juga dinyatakan stabil pada ketiga model analisis tetapi memiliki kemampuan adaptasi yang rendah di semua lingkungan.
Kata Kunci : Adaptasi, Stabilitas, Genotipe Jagung Hibrida, Uji Multilokasi

 

×
Penulis Utama : Widya Kartika Laksmawati
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : H0713193
Tahun : 2017
Judul : Adaptasi dan Stabilitas Hasil Genotipe Jagung Hibrida dengan Uji Multilokasi di Jawa Tengah
Edisi :
Imprint : Surakarta - F. Pertanian - 2017
Program Studi : S-1 Agroekoteknologi
Kolasi :
Sumber : UNS-F.Pertanian, Prog. Studi Agroteknologi- H0713193-2017
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Ir. Retno Bandriyati Arni Putri, M.S
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Pertanian
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.