Penulis Utama | : | Rindy Anthika Putri |
NIM / NIP | : | S851502018 |
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah yang ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat self- efficacy siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif desain studi kasus dan menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih subjek penelitian. Subjek penelitian berjumlah enam siswa yang terdiri dari tiga siswa laki-laki dan tiga siswa perempuan dengan tingkat self-efficacy yang berbeda. Data dikumpulkan dari hasil kuesioner, tes tertulis, dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Profil berpikir kritis siswa laki-laki dengan self-efficacy tinggi yakni siswa dapat berpikir kritis dengan baik pada tahap pengenalan, analisis, dan tahap evaluasi. Namun dalam tahap alternatif, siswa tidak dapat menemukan cara-cara lain yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah masalah yang diberikan. (2) Profil berpikir kritis dari siswa perempuan dengan self-efficacy tinggi yaitu mampu berpikir kritis baik pada tahap pengenalan, analisis, dan tahap evaluasi tapi tidak dalam fase alternatif. (3) Profil berpikir kritis dari siswa laki-laki dengan self- efficacy sedang adalah siswa mampu berpikir kritis dengan cukup pada tahap pengenalan, analisis, dan evaluasi. Selanjutnya, pada tahap pengenalan, siswa mampu menemukan informasi dari soal tetapi tidak lengkap. Dalam analisis, para siswa tidak mampu membuat gambar matematis dengan benar dan detail, mampu menemukan solusi meskipun tidak sistematis serta siswa tidak mampu membuat simpulan dengan benar. Pada fase alternatif, siswa mampu menemukan alternatif cara yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. (4) Profil berpikir kritis dari siswa perempuan dengan self-efficacy sedang adalah siswa mampu berpikir kritis dengan cukup pada tahap pengenalan, analisis, dan evaluasi. Selanjutnya, pada tahap pengenalan, siswa mampu menemukan informasi tetapi tidak lengkap. Dalam analisis, siswa tidak mampu membuat simpulan dengan benar. Pada fase alternatif, siswa tidak dapat menemukan cara lain yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. (5) Profil berpikir kritis dari siswa laki-laki dengan self- efficacy rendah yakni siswa tidak mampu berpikir kritis hampir di setiap fase pemecahan masalah. Siswa mampu berpikir pada tahap pengenalan, namun pada tahap analisis, evaluasi, maupun alternatif penyelesaian siswa tidak mampu berpikir kritis dengan baik. (6) Profil berpikir kritis dari siswa perempuan dengan self-efficacy rendah yaitu siswa tidak mampu berpikir kritis di setiap fase pemecahan masalah yakni pada fase pengenalan, analisis, evaluasi, maupun alternatif penyelesaian, siswa tidak mampu melewati fase-fase tersebut dengan baik. Yang berarti siswa tidak mampu berpkir kritis di tiap fase pemecahan masalah tersebut.
<!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>