Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, serta Boyolali merupakan Kabupaten di Karesidenan Surakarta yang membudidayakan Jamur Tiram, salah satunya adalah Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo sendiri merupakan wilayah yang memiliki potensi sektor pertanian cukup menonjol. Jamur merupakan organisme yang mudah di jumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh di semua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya, banyak mengandung bahan - bahan yang mengandung dari sampah serta dapat membantu menguraikan bahan-bahan sampah- sampah (organik) menjadi bahan-bahan yang dapat di gunakan oleh tumbuhan, tanpa di sadari jamur sendiri berada di sekitar kita. Salah satu jenis jamur konsumsi adalah jamur tiram. Jamur tiram dapat di anjurkan sebagai makanan bergizi tinggi dalam menu sehari-hari, mempunyai kandungan nutrisi yang lebih tinggi di bandingkan dengan jenis jamur lainnya. rasa jamur yang enak dan bergizi, sehingga permintaan pasar akan terus berkembang dan peluang usaha yang menjanjikan serta sifat adaptasi yang baik dengan lingkungan, sehingga dapat di budidayakan di dataran tinggi maupun di daratan rendah, ramah lingkungan, tidak menghasilkan bau tidak sedap sehingga bisa di budidayakan di sekitar pemukiman dengan modal relative kecil dan penggunaan lahan yang hemat, serta proses pemanenan di lakukan setiap hari, hal ini dapat memudahkan dalam proses pemasaran dan kontinuitas supply.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probability sampling yang dipilih yaitu dengan sampling jenuh/ metode sensus. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, pencatatan, dan studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan meliputi: (1) Analisis Biaya, (2) Analisis Penerimaan, (3) Analisis Pendapatan, (4) Analisis Efisiensi, dan (5) Analisis Risiko.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : rata-rata biaya total produksi baglog jamur tiram Rp33.215.231,-/bulan, rata-rata penerimaan yang diterima yaitu sebesar Rp54.228.571,-/bulan , rata-rata pendapatan yang diterima per bulan yaitu sebesar Rp21.013.340,-/bulan . Efisiensi R/C ratio sebesar 1,68 yang berarti produksi baglog jamur tiram sudah efisien dan layak untuk diusahakan. Nilai koefisien variasi (CV) risiko produksi sebesar 0,21 yang berarti produksi baglog jamur tiram mempunyai risiko rendah dan memiliki peluang menyimpang dari produksi yang diharapkan sebesar 21%, sedangkan Nilai koefisien variasi (CV) pendapatan sebesar 0,489 dengan batas bawah (L) sebesar Rp 440.516,6.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut : Pengusaha usaha produksi baglog jamur tiram di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo disarankan mampu menambah penerimaan dengan cara menambah mitra pembeli (pelaku pembudidaya baglog jamur tiram), mengurangi risiko produksi dengan cara mengurangi human error, Pemerintah hendaknya memberikan kontribusi lebih pada produksi usaha baglog jamur tiram mengingat potensi di wilayah Kabupaten Sukoharjo dapat meningkatkan pendapatan dan penerimaan pengusaha produksi pada usaha baglog jamur tiram serta perhatian pemerintah diwujudkan dalam memberikan penyuluhan, pembinaan, dan pendampingan mengenai teknik usaha produksi baglog jamur tiram yang benar atau dengan memberikan modal kepada para pengusaha produksi baglog jamur tiram.