Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendefinisikan proses pembelajaran mata pelajaran sejarah yang dilaksanakan pada ketiga sekolah, 2) merancang model pembelajaran sejarah terintegrasi nilai tradisi Tunggul Wulung dengan pendekatan VCT untuk penguatan jati diri bangsa peserta didik di ketiga sekolah, 3) mengembangakan dan menguji efektifitas model pembelajaran yang dikembangkan,
4) mendeskripsikan desain hasil pengembangan model pembelajaran, 5) Mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran terintegrasi nilai tradisi Tunggul Wulung melalui pendekatan VCT untuk penguatan jati diri bangsa peserta didik.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model Borg and
Gall dengan sepuluh tahapan yaitu : 1) Penelitian pendahuluan dan pengumpulan data (Research and Information Collecting), 2) perencanan (Planning), 3) Pengembangan draft produk (Develop preliminary for of product), 4) Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing), 5) Merevisi hasil uji coba (Main Product revision), 6) Uji coba lapangan (Main field testing), 7) Penyempurnaan produk hasil uji coba (Operational product revision), 8) Uji Pelaksanaan lapangan (Operational field   testing),   9)   Penyempurnaan   produk   akhir   (Final   revisi   products),   10) Diseminasi dan Implementasi (Dissemination and Implemetation). Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS.
Subyek pada penelitian ini tiga kelas eksperimen kelas X dari tiga SMA dengan kategori prestasi tinggi, sedang dan rendah. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran NHT dan SFAE dengan pendekatan VCT yang didalmnya termuat nilai-nilai tradisi Tunggul Wulung. Hasil uji efektifitas menunjukkan model pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk menguatkan jati diri bangsa serta kemampuan kognitif peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai sig 0,000 < 0>0,05, kenaikan nilai tertinggi pada sekolah dengan kategori rendah selanjutnya kategori sedang dan kenaikan nilai terendah di sekolah kategori tinggi. Diseminasi dilakukan pada MGMP Sejarah Kabupaten Wonogiri dengan masukan perlu ditambahkan  penjelasan  lebih  rinci  mengenai  tradisi  Tunggul  Wulung  karena sebagian guru belum memahami