Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk kebahasaan istilah-istilah Uborampe dalam tradisi Sadranan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, (2) Bagaimana makna leksikal dan makna kultural dalam tradisi Sadranan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, dan (3) bagaimana fungsi tradisi Sadranan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk kebahasaan istilah-istilah dalam tradisi Sadranan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, (2) mendeskripsikan makna leksikal dan kultural istilah-istilah dalam tradisi Sadranan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, dan (3) mendeskripsikan fungsi tradisi Sadranan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data penelitian meliputi data primer berupa data lisan, dan data sekunder berupa data tulis. Data penelitian meliputi istilah-istilah uborampe dalam tradisi Sadranan yang berupa sesaji dan alat yang digunakan. Sumber data primer berasal dari wawancara dengan informan, sumber data sekunder berasal dari buku-buku berkaitan dengan tradisi Sadranan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode Indepth-interview, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode padan referensial. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah penyajian data secara informal.
Hasil analisis data penelitian ini yaitu: (1) terdapat bentuk monomorfemis sebanyak 26, bentuk polimorfemis yang berbentuk pengimbuhan atau penambahan afiksasi berjumlah 1, berbentuk kata majemuk sebanyak 1, dan bnetuk frasa sebanyak 6. (2) makna kultural dan makna leksikal berhubungan dengan uborampe tradisi Sadranan yang digunakan pada saat upacara Sadranan. (3) fungsi tradisi Sadranan meliputi tradisi Sadranan sebagai fungsi kebudayaan, tradisi Sadranan sebagai fungsi sosial, tradisi Sadranan sebagai fungsi ekonomi, dan tradisi Sadranan sebagai fungsi spiritual