ABSTRAK

Di Indonesia, hortikultura, khususnya melon, sangatlah prospektif untuk ekspor namun menghadapi banyak tantangan, terutama terkait standar dan mutu, harga, penampilan menarik, dan kepercayaan konsumen. Teknologi ketertelusuran dengan barcode dapat digunakan sebagai alternatif  solusi  untuk menjawab empat tantangan  utama ekspor tersebut, akan tetapi adopsi teknologi ini memerlukan kesiapan dari perusahaan agar hasilnya optimal. Penelitian ini mengembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk mengukur adopsi teknologi ketertelusuran dengan barcode pada sistem ketertelusuran buah melon. Pengembangan model pengukuran adopsi teknologi didasarkan pada empat komponen teknologi yaitu technoware, humanware, infoware dan orgaware. Hasil pengukuran adopsi teknologi berupa selisih nilai koefisien kontribusi  teknologi (TCC)  dan radar diagram  yang mewakili  kesiapan  perusahaan untuk mengadopsi teknologi tersebut. Penyusunan model analisis tekno-ekonomi juga dilakukan dengan metode  benefit-cost ratio  yang dapat digunakan untuk  mengukur kelayakan penerapan teknologi ketertelusuran dengan barcode pada suatu perusahaan. Pada obyek penelitian diketahui bahwa perusahaan yang belum menerapkan teknologi ketertelusuran memiliki nilai TCC yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang telah menerapkan teknologi ketertelusuran. Penerapan metode benefit-cost ratio dengan umur teknis 5 tahun menunjukkan bahwa investasi teknologi ketertelusuran dengan barcode untuk perusahaan yang belum menerapkannya akan layak menerapkannya bila nilai benefit-cost ratio-nya > 1.

Kata Kunci: sistem ketertelusuran, adopsi teknologi, komponen teknologi, model pengukuran, analisis tekno-ekonomi.