Penulis Utama : Monica Yolanda Utami Putri
NIM / NIP : S5010208050
×

Latar Belakang. Fungsi ereksi merupakan faktor yang penting bagi semua pria pada kondisi seksual aktif, hal tersebut sekaligus bisa untuk menilai kualitas dari kehidupan sex dengan pasangannya. Transurethral Resection of the Prostat (TURP) merupakan tindakan gold standart untuk Benign Prostat Hyperplasia (BPH). Salah satu komplikasi setelah operasi yang dapat ditimbulkan setelah pasien mendapat tindakan tersebut adalah DE (Thorpe et al,1999; Florator et al,2001). Peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian kortikosteroid dan progesteron terhadap fungsi ereksi pada pasien BPH yang telah dilakukan operasi TURP dengan menggunakan Erection Hardness Score (EHS).
Tujuan Penelitian. Mengetahui pengaruh pemberian metilprednisolon intra vena terhadap fungsi ereksi pasca operasi TURP pada pasien BPH. Mengetahui pengaruh pemberian progesterone intra muskuler terhadap fungsi ereksi pasca  operasi TURP pada pasien BPH. Mengetahui perbedaan pengaruh antara metilprednisolon dan progesteron  terhadap fungsi ereksi pasca operasi TURP pada pasien BPH.
Subyek dan Metode. Subyek semua penderita BPH yang dilakukan operasi TUR-P di sub bagian  urologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah insidental sampling. Penelitian ini merupakan studi eksperimen klinis dengan menggunakan rancangan penelitian  Pre and Post test-Only Control Design. Dimana dibagi menjadi 3  kelompok perlakuan, kelompok pertama diberi metilprednisolon, kelompok kedua diberi progesterone dan kelompok ketiga diberi protokol terapi TURP saja.
Hasil. Setelah 1 bulan tindakan TURP pada pasien BPH,didapatkan EHS dengan skala 2   dan 3 dimana EHS skala 2 pada kelompok metilprednisolon ada 9 pasien (69.2%),  pada  kelompok  progesteron  ada  6  pasien  (46.2%),  dan  pada  kelompok kontrol ada 8 pasien (66,7%). Sedangkan dengan EHS skala 3 pada kelompok metilprednisolon ada 4 pasien (30,8%), pada kelompok progesteron ada 7 pasien (53,8%), dan pada kelompok kontrol ada 4 pasien (33,3%). Setelah 3 bulan tindakan TURP pada pasien BPH,dimana EHS skala 2 pada kelompok metilprednisolon ada 2 pasien (15,4%), pada kelompok progesteron ada 0 pasien (0,0%), dan  pada kelompok kontrol ada 6 pasien (50,0%). Pasien dengan EHS skala 3 pada kelompok metilprednisolon ada 9 pasien (69,2%), pada kelompok progesteron ada 4 pasien (30,8%), dan pada kelompok kontrol ada 6 pasien (50,0%). Sedangkan pasien dengan EHS skala 4 pada kelompok metilprednisolon ada 2 pasien (15,4%), pada kelompok progesteron ada 9 pasien (69,2%), dan pada kelompok kontrol ada 0 pasien (0,0%).
Simpulan. Pemberian metilprednisolon akan memperbaiki fungsi ereksi pasien pasca operasi TURP .Pemberian progesterone akan memperbaiki fungsi ereksi pasien pasca operasi TURP .,dimana progesterone lebih baik dibandingkan metilprednisolon.

 

×
Penulis Utama : Monica Yolanda Utami Putri
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S5010208050
Tahun : 2017
Judul : Perbedaan Pengaruh antara Methylprednisolone Intravena dan Progesteron Intramuskuler terhadap Fungsi Ereksi Setelah Operasi Transurethral Resection Of The Prostate (TUR-P) pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2017
Program Studi : S-2 Biomedik
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prog. Studi Magister Kedokteran Keluarga-S5010208050-2017
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. dr. Setya Anton Tusara Wardaya,SpU
2. Dr. dr. Untung Alifianto,SpBS
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.