×
Latar Belakang: Secara global, diperkirakan sekitar 1,3 miliar orang terkena gangguan penglihatan jarak jauh maupun jarak dekat. Terdapat tiga penyebab utama dari gangguan penglihatan di dunia, yaitu kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, katarak yang tidak dioperasi, dan glaukoma. Kelainan refraksi merupakan masalah mata yang paling umum dan kemungkinan sulit diidentifikasi pada anak-anak karena mereka biasanya tidak mengeluhkan penurunan penglihatan, terutama jika hanya satu mata yang terlibat. Mereka bahkan tidak menyadari masalah tersebut. Sementara persepsi dan kesadaran terhadap masalah penglihatan berbeda-beda pada masing-masing orangtua, sehingga penting untuk memahami mengapa ada orangtua yang memeriksakan anak mereka sementara yang lain tidak. Pemahaman ini diperlukan karena deteksi dini dan intervensi paling baik apabila dilakukan pada usia dini. Menimbang masih adanya kontradiksi dari beberapa penelitian sebelumya serta belum adanya penelitian sejenis di kota Surakarta, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan temuan kelainan refraksi dengan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap kelainan refraksi. Metode: Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan pada bulan September - Oktober 2019 di 6 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Serengan Kota Surakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan pada sampel penelitian adalah pemeriksaan visus siswa/i dan penilaian pengetahuan juga sikap orangtua/wali terhadap kelainan refraksi menggunakan kuesioner dari penelitian Alemayehu, Belete dan Adimassu (2018) yang telah tervalidasi secara internasional. Penelitian ini melibatkan 98 sampel penelitian yang meliputi siswa/i kelas 1 dan 2 dengan kelainan refraksi beserta orangtua/wali mereka. Sampel diambil menggunakan teknik consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Data selanjutnya dianalisis menggunakan analisis chi square. Hasil: Berdasarkan analisis chi square tidak terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara temuan kelainan refraksi dengan pengetahuan (p = 0.511) dan sikap (p = 0.097) orangtua untuk memeriksakan mata anaknya. Akan tetapi, data mentah menunjukkan angka koreksi kelainan refraksi dan riwayat pemeriksaan mata yang masih rendah berbanding lurus dengan pengetahuan dan sikap orangtua yang dinyatakan berada dalam kategori rendah pula. Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara atau bermakna antara temuan kelainan refraksi dengan pengetahuan dan sikap orangtua untuk memeriksakan mata anaknya pada siswa/i SD Negeri di Kecamatan Serengan Kota Surakarta