×
Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pada segala aspek meningkat. Terbatasnya lahan dan semakin banyaknya kebutuhan pangan menjadikan tidak seimbangnya keadaan sehingga harga pangan semakin meningkat dan tidak semua orang mendapat pangan yang cukup. Beras sangat dibutuhkan karena menjadi makanan utama masyarakat Indonesia dan sebagian besar penduduk dunia. Beras Rojolele merupakan salah satu varietas padi lokal unggulan. Varietas Rojolele memiliki gabah yang gemuk dan berasnya pulen serta wangi dan rasanya enak.
Banyak faktor yang menyebabkan fluktuasi jumlah produksi padi per tahun, antara lain perubahan iklim, kualitas benih dan hama penyakit yang menyerang padi. Penyakit yang paling berpengaruh besar adalah hawar daun bakteri HDB yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae (Xoo).
Salah satu cara dalam mengendalikan penyakit HDB tersebut adalah dengan menanam varietas tahan terhadap penyakit HDB tersebut. Penggunaan verietas toleran dan tahan adalah salah satu cara pengelolaan penyakit HDB yang mudah, murah, efektif dan ramah terhadap lingkungan. Padi varietas tahan sangat sulit terkena serangan patogen penyebab HDB dan tidak mengalami penurunan produksi. Padi varietas tahan HDB memiliki keunggulan yaitu tidak terjadinya penurunan produksi sehingga penurunan pendapatan tidak terjadi.
Gejala penyakit HDB ditemukan pada semua unit percobaan. Gejala dimulai dari tepi daun berwarna kekuningan kemudian abu-abu atau kering. Nilai keparahan penyakit secara keseluruhan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Perbedaan galur bakteri Xoo memberikan respon ketahanan yang berbeda pada tanaman. Rojolele yang diinokulasi galur III dan VIII menunjukkan respon rentan, sedangkan dengan galur IV menunjukkan sangat rentan. Keparahan penyakit Rojolele yang diinokulasi galur III, VIII, dan IV secara berturut-turut adalah 42,55%, 53,77%, dan 49,44%. Kehilangan hasil produksi padi pada Rojolele karena bakteri Xoo untuk semua galur memiliki rata-rata 28%. HDB menurunkan produksi melalui jumlah malai yang berkurang dan penghambatan pengisian bulir padi menyebabkan penurunan hasil. Kehilangan hasil pada Rojolele karena Galur III, IV dan VIII secara berturut turut adalah 12,93%, 36,36?n 34,43%.
Tanaman yang toleran terhadap patogen secara kuantitatif dapat diukur dari analisis regresi antara kekurangan hasil dan keparahan penyakit. Tanaman yang toleran HDB memiliki perbedaan koefisien regresi yang signifikan lebih kecil dibandingkan tanaman yang tidak toleran. Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan koefisien regresi yang siginifkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Rojolele tidak toleran terhadap Xoo galur III, IV, maupun VIII.</p>