×
Latar Belakang: PPOK atau penyakit paru obstruktif kronik adalah inflamasi kronik pada saluran pernapasan dan paru yang bersifat persisten dan progresif. WHO memperkirakan sekitar 3.17 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2015. Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK terdiri dari bronkodilator, antibiotik, antiinflamasi, dan mukolitik. Sediaan obat bronkodilator terdapat dalam bentuk inhaler, nebulizer, oral, dan injection. Pemberian terapi PPOK yang tepat mempengaruhi kenyamanan pasien dan ketaatan pasien dalam mengonsumsi obat. Pasien yang nyaman dan patuh mengonsumsi obat akan mengurangi frekuensi eksaserbasi sehingga kualitas hidup pasien juga baik. Kualitas hidup adalah kepercayaan individu terhadap dirinya dalam menjalani kehidupan yang dipengaruhi oleh kesehatan jasmani dan rohani, serta nilai sosial dan budaya dalam lingkungannya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang menggunakan bronkodilator oral, inhalasi, dan kombinasi. Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dari rekam medis BBKPM Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode fixed exposure sampling. Jumlah sampel sebanyak 45 sampel dengan rincian 15 sampel tiap variabel independen. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2019. Data dianalisis menggunakan uji One way ANOVA. Hasil: Hasil uji One Way Anova didapatkan rata-rata skor SGRQC untuk sampel yang menggunakan bronkodilator oral 42,8, inhalasi 47,5, kombinasi 37,5 dan p= 0,377. Simpulan: Tidak ada perbedaan kualitas hidup PPOK yang menggunakan bronkodilator oral, inhalasi, dan kombinasi