×
Latar Belakang : Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk dari masalah kesehatan masyarakat yang penting dengan arti seseorang memaksa atau memanipulasi orang lain untuk melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan dan tanpa persetujuan orang tersebut. Kekerasan seksual dapat menyebabkan dampak jangka pendek dan jangka panjang. Kejadian kekerasan seksual pada anak di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu faktor risiko yang memengaruhi terjadinya kekerasan seksual pada anak adalah keadaan ekonomi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendapatan orang tua dengan kejadian kekerasan seksual pada anak SMA di kota Surakarta. Metode : Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel penelitian ditentukan dengan consecutive sampling terhadap siswa-siswi angkatan kelas XII di SMAN 8 Surakarta. Sampel penelitian berjumlah 225 orang yang berusia kurang dari sama dengan 18 tahun. Penilaian pendapatan orang tua dinilai dari kuesioner data pribadi berdasarkan UMK kota Surakarta. Penilaian kekerasan seksual didapatkan dari kuesioner skrining Kekerasan terhadap Anak (KtA) “ICAST-C” versi bahasa Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis bivariat dengan menggunakan chi square. Hasil : Dari 225 subjek penelitian yang diteliti dengan teknik analisis bivariat menggunakan chi square antara pendapatan orang tua dengan kejadian kekerasan seksual didapatkan hasil yang kurang signifikan, p=0,229. Didapatkan Contingency Coefficient 0,080, Odds Ratio 1,830, dan 95% Confident Interval 0,676 sampai 4,952. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan positif yang bermakna antara pendapatan orang tua dengan kejadian kekerasan seksual pada anak SMA di kota Surakarta