×
Bulan Mei 2018, terjadi peristiwa pengeboman tiga gereja (Gereja Pantekosta pusat, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Katolik Santa Maria) dan satu Mapolrestabes kota Surabaya, aksi pengeboman ini terjadi dalam kurun waktu yang singkat, yakni tanggal 13 dan 14, dengan korban jiwa sebanyak 14 orang, diketahui pelaku yang menyerang ketiga gereja merupakan satu keluarga, begitupun pada penyerangan Mapolrestabes satu keluarga yang lain. Aksi teror ini diklaim oleh ISIS bahwa mereka sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Tragedi ini tentu menjadi perhatian media massa tanah air, khususnya Kompas.com dan Republika.co.id yang selama ini dikenal kedua media yang berseberangan dalam ideologinya. Kompas dengan humanismenya dan Republika dengan Islamnya. Maka dalam bagaimana kedua media tersebut memaknai isu terorisme yang hampir dua dekade ini hampir semua aksi teror yang terjadi baik global maupun tanah air selalu mengatasnamakan islam, dan pada kasus bom Surabaya semakin parah karena obyek yang diserang adalah gereja yang notabene sebagai rumah ibadah kaum minoritas yang ada di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Objek yang diteliti adalah berita-berita terkait isu terorisme pada pemberitaan tragedi bom Surabaya periode 13-15 Mei 2018. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis framing model Robert N. Entman. Dalam analisis framing model Robert N. Entman, terdapat empat perangkat analisis, yakni definisi masalah, perkiraan sumber masalah, penilaian keputusan moral, dan rekomendasi penyelesaian masalah.
Kesimpulan pada analisis penelitian ini adalah Kompas.com mengonstruksiberita isu terorisme sebagai aksi radikalis agama bila ditarik lebih jauh maka sumber masalahnya tentang bagaimana manusia menyikapi ajaran agamanya atau disebut teologi, sedangkan Republika.co.id melihat tragedi ini dari perspektif politik karena mereka menganggap adanya pihak yang ingin melemahkan posisi agama islam di tanah air dengan merusak citranya, adapun ideologi yang mendasari framing Kompas yaitu nilai kebhinekaannya, sedangkan Republika yang mendasari framing-nya karena positioning medianya yang sudah diperuntukkan untuk umat islam berdasarkan historisnya.