×
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri berdasarkan tipologi klassen, mengetahui apakah sektor pertanian merupakan sektor potensial di Kabupaten Wonogiri dilihat dari kriteria kontribusi dan kriteria pertumbuhan, dan mengetahui kesempatan kerja yang mampu diciptakan oleh sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Data yang digunakan yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menuruut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2012-2017 Kabupaten Wonogiri dan Provinsi Jawa Tengah, serta dianalisis menggunakan metode Tipology Klassen, Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, dan Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Wonogiri terkategori sebagai Sektor Maju dan Cepat Tumbuh pada tahun 2012, 2014, dan 2016 serta Sektor Maju Tertekan tahun 2013 dan 2015. Potensi sektor pertanian dari hasil Overlay menunjukkan bahwa Tahun 2012-2014 sektor pertanian tergolong dalam sektor yang sedang mengalami penurunan karena berdasarkan kriteria kontribusi/LQ bernilai positif (sektor potensial) dan kriteria pertumbuhan/MRP memiliki nilai negatif (sektor tidak potensial secara regional). Sedangkan tahun 2015-2016 sektor pertanian tergolong dalam sector potensial karena berdasarkan kriteria kontribusi/LQ bernilai positif dan criteria ertumbuhan/MRP memiliki nilai positif.Kesempatan kerja yang mampu diciptakan oleh sektor pertanian ditunjukkan dari rata-rata nilai RPP=27,76 persen artinya jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor pertanian adalah 27,76 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan dari peneliti adalah sebagai berikut : (1) Kontribusi sektor pertanian masih tinggi, namun memiliki pertumuhan yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri masih memiliki potensi untuk digali dan dikembangkan. Pengembangan komoditas non-tanaman pangan bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian, seperti komoditas hortikultura dan perkebunan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan pergiliran tanam hortikultura dan melakukan pendampingan, baik dalam budidaya maupun cara memasarkan hasil pertanian (perkebunan) sehingga petani tertarik untuk mengembangkan komoditas lainnya (2) Modernisasi pertanian melalui inovasi teknologi baik dalam kegiatan on-farm maupun off-farm. Penggunaan teknologi alat pertanian akan mengefisienkan proses produksi, serta pemanfaatan media sosial sebagai sarana pemasaran menjadi peluang untuk tetap bersaing pada era global.