Penulis Utama | : | M. Rudianto |
NIM / NIP | : | C0913025 |
ABSTRAKSI
Batik merupakan suatu cara penerapan corak di atas kain melalui proses rintang warna dengan malam panas sebagai medium perintangnya, menggunakan alat canting, cap, atau kuas. Secara historis, batik sangat erat hubungannya dengan Kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa pada masa lalu. Pengembangan batik dengan gencar berlangsung di masa kerajaan Mataram pada tahun 1600-1700. Pada kurun waktu itulah batik meluas ke seluruh daerah Jawa, digunakan untuk keperluan upacara dan busana bangsawan, dan mulailah para seniman keraton menciptakan berbagai macam motif batik. Pembendaharaan desain batik berkembang dari berbagai orientasi estetika, pada keraton-keraton Jawa Tengah, desain kerap terinspirasi oleh ritual. Kalangan atas berpartisipasi dalam acara ritual dan ikut serta dalam menentukan desain batik. Terdapat batik klasik yang memiliki pakem atau batasan-batasan tertentu pada ornamen maupun warnanya. Meluasnya kebudayaan membatik hingga lahirlah batik pesisir dengan corak yang terpengaruh oleh para pendatang. Kemunculan batik pesisiran merupakan periode baru dalam dunia batik. Periode inilah yang pantas disebut sebagai batik modern, bentuk batik pesisir telah berkembang sangat luas dengan berbagai pengaruh dari budaya yang dibawa para pendatang dalam perdagangan, penyebaran agama, maupun penjajah. Mengutamakan tampilan motif dan warnanya, sehingga fungsi batik sudah bukan lagi dominan sebagai pusaka seperti pada batik keraton yang penuh dengan aturan dan makna filosofis.
Salah satu pelopor dalam dunia batik di Kota Surakarta adalah Go Tik Swan
Panembahan Hardjoanagoro, lahir pada tahun 1931 dan meninggal dunia 5
November 2008. Beliau merupakan kreator lahirnya Batik Indonesia yang terinspirasi oleh perintah Presiden Soekarno. Batik Indonesia merupakan paduan canggih unsur-unsur batik di Nusantara, yakni batik klasik dan batik pesisir dalam perancangan motif maupun penggunaan warnanya. Karya Go Tik Swan berjaya di tahun 1960-1970-an. Go Tik Swan menjadikan konsep nunggak semi sebagai dasar penciptaan karya batinya. Batik Indonesia yang modern dan multi warna, tetapi tidak meninggalkan akarnya yaitu kebudayaan Jawa ditinjau dari segi perancangan motif, proses produksi, serta pemaknaannya. Penelitian bertujuan untuk mempelajari dasar pemikiran Batik Indonesia berdasarkan konsep nunggak semi oleh Go Tik Swan, mengetahui proses pencitaan dan perwujudan Batik Indoneisa, serta memahami peran “nunggak semi” pada corak Batik Indonesia karya Go Tik Swan. Pemahaman pembaruan terhadap suatu karya dapat dilakukan pada karya seni batik, adanya warisan adiluhung batik-batik klasik diperkenangkan untuk menjadikan ispirasi dalam berkarya, dengan tetap mempertahankan aspek-apek penting dalam pembatikan sebagai warisan kebudayaan dari nenek moyang Suku Jawa. Diterapkanlah konsep nunggak semi sebagai landasan dalam berkarya sehingga tetap pada koridor yang benar dalam pemaknaan, pembuatan, serta penggunaannya.
Kata Kunci: Batik Klasik, Batik Pesisir, Batik Indonesia karya Go Tik Swan.
Penulis Utama | : | M. Rudianto |
Penulis Tambahan | : | - |
NIM / NIP | : | C0913025 |
Tahun | : | 2017 |
Judul | : | Kajian Batik Indonesia Karya Go Tik Swan Panembahan Hardjonagoro di Kota Surakarta |
Edisi | : | |
Imprint | : | Surakarta - FSRD - 2017 |
Program Studi | : | S-1 Kriya Seni |
Kolasi | : | |
Sumber | : | UNS-F. SRD-Prog. Kriya Tekstil-C0913025-2017 |
Kata Kunci | : | |
Jenis Dokumen | : | Skripsi |
ISSN | : | |
ISBN | : | |
Link DOI / Jurnal | : | - |
Status | : | Public |
Pembimbing | : |
1. Prof. Dr. Nanang Rizali, MSD 2. Dra. Theresia Widyastuti, M.Sn |
Penguji | : | |
Catatan Umum | : | |
Fakultas | : | Fak. Seni Rupa dan Desain |
File | : | Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download. |
---|