×
ABSTRAK Pabrik fosgen ini dirancang dengan kapasitas 30.000 ton/tahun. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan fosgen adalah karbon monoksida dan gas klor. Pabrik ini direncanakan didirikan di daerah Cilegon, Banten pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun 2013. Fosgen digunakan sebagai bahan intermediate untuk pembentukan isocyanat dalam pembuatan polyurethane dan pembuatan polycarbonate, selain itu digunakan pada industri farmasi dan pestisida dan juga sebagai chlorinating agent. Fosgen dibuat dari karbon monoksida dan gas klor dengan katalis karbon aktif pada suhu 125-150 oC dan tekanan 1,05 atm dalam Reaktor Fixed Bed Multitube dengan kondisi non isotermal dan non adiabatik. Reaksi pembentukan fosgen berlangsung secara eksotermis sehingga diperlukan pendingin. Bahan baku yang dibutuhkan adalah karbon monoksida 98,5 % sebanyak 8720,940 ton / tahun dan Cl2 99,9% sebanyak 21803,909 ton/tahun diperoleh konversi sebesar 99%. Untuk pemurnian digunakan kondensor parsial dan menara destilasi sehingga didapat fosgen dengan kemurnian 99,9% dengan Cl2 sebagai impuritasnya. Kebutuhan utilitas meliputi air sebanyak 7,131 m3/jam, bahan bakar (solar) sebanyak 75 L/jam, udara tekan sebanyak 200 m3/jam dan kebutuhan listrik sebesar 500 kW. Bentuk perusahaan yang dipilih adalah Perseroan Terbatas (PT). Pabrik direncanakan dibangun di atas tanah dengan luas 15.000 m2. Pabrik beroperasi selama 24 jam per hari dan 330 hari per tahun. Jumlah kebutuhan tenaga kerja sebanyak 110 orang. Dari analisa ekonomi diperoleh modal tetap pabrik sebesar Rp 177.035.806.650, dan modal kerjanya sebesar Rp 96.269.496.200. Biaya produksi total per tahun sebesar Rp. 375.896.230.650. Analisa kelayakan menunjukkan bahwa Rate of Investment (ROI) sebelum pajak 49,93%, sesudah pajak 39,95%, Pay Out Time (POT) sebelum pajak 1,66 tahun, sesudah pajak 1,99 tahun, Break Even Point (BEP) sebesar 40,29 %, Shut Down Point (SDP) 24,13% dan Discounted Cash Flow (DCF) 31,11%. Dari hasil evaluasi ekonomi tersebut, pabrik fosgen dari karbon monoksida dan gas klor dengan kapasitas 30.000 ton / tahun cukup menarik untuk dipertimbangkan pendiriannya di Indonesia.